DULU gagah datangi kantor DPP PKS... tangkap LHI, tanpa ada pemeriksaan sebelumnya.
SEKARANG... penyidik KPK Novel Baswedan ditangkap Bareskrim tadi malam pukul 00.00.
***
Kabareskrim: Novel Baswedan Ditangkap karena Mangkir 2 Kali Panggilan
Jakarta - Kabareskrim Polri Komjen Budi Waseso membenarkan penangkapan penyidik senior KPK Novel Baswedan. Novel ditangkap karena tidak memenuhi dua kali panggilan penyidik.
"Memang dilakukan penangkapan. (Novel) sudah dipanggil dua kali tidak dipenuhi, lalu dengan alasan yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Sekarang langkah penyidik dilakukan penangkapan," kata Komjen Budi Waseso di Bareskrim Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Jumat (1/5/2015).
Novel ditangkap penyidik Bareskrim sekitar pukul 00.00 WIB dini hari tadi di kediamannya di Kelapa Gading, Jakut. Namun tim pengacara belum dapat menemui Novel.
Novel memang pernah mendapat panggilan pemeriksaan sebagai tersangka penganiayaan terhadap tersangka pencurian sarang burung walet semasa menjabat sebagai Kasatreskrim Polres Bengkulu.
Namun dalam sejumlah kesempatan menegaskan dirinya tidak melakukan apa yang disangkakan. Kasus penganiayaan itu menurut dia sudah selesai sejak tahun 2004.
(http://ift.tt/1QQWSRq)
***
[DULU, 30 JANUARI 2013]
Novel Baswedan Pimpin Penangkapan LHI di Kantor DPP PKS
JAKARTA, Jaringnews.com - Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dijemput oleh KPK. KPK menjemput Luthfi di Kantor DPP PKS di Jalan TB Simatupang Jakarta, Rabu (30/1/2013) malam. Apakah akan ditahan?
Penjemputan itu dilakukan sekira pukul 23.30 WIB. Sebanyak kurang lebih delapan penyidik KPK datang ke kantor pusat PKS. Penjemputan itu dipimpin oleh Kompol Novel Baswedan.
KPK sudah datang ke kantor Pusat PKS sejak pukul 23.00 WIB. Mereka langsung naik ke ruang rapat pimpinan. Namun mereka tidak langsung membawa Luthfi. Penyidik membiarkan Luthfi menggelar jumpa pers di depan wartawan.
Dalam jumpa pers itu, Luthfi tidak banyak berbicara soal kasus yang tengah membelitnya. Dia hanya membantah jika terlibat kasus korupsi pengadaan impor daging. Luthfi dituduh menerima suap sebesar Rp 1 miliar.
Dalam jumpa pers itu, Luthfi didampingi oleh petinggi PKS, diantaranya HIdayat Nur Wahid dan Sekjen PKS Anis Matta. Dalam jumpa pers itu, Luthfi membantah menerima suap Rp 1 miliar untuk pengadaan impor daging.
Setelah jumpa pers, Luthfi langsung digelandang oleh empat dari delapan penyidik KPK ke mobil Avanza hitam. Mobil itu sudah terpakir di belakang gedung Kantor Pusat PKS. Luthfi dijemput dan dimasukkan ke mobil tersebut tanpa perlawanan. Saat ingin dibawa Luthfi pun dihujamkan pertanyaan dari wartawan, hanya saja dia tidak menjawab.
“Assalammualaikum,” begitu kata dia, dan pintu mobil penjemput Luthfi pun ditutup. Luthfi dibawa ke KPK.
Sumber: http://ift.tt/1QR3IX4
***
Fahri: Novel Baswedan Sangat Kasar
Sesaat sebelum persidangan perkara dugaan suap impor daging sapi mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) yang mengagendakan pembacaan eksepsi, Fahri sempat bertemu dengan LHI di sebuah ruangan diskusi, lalu tiba-tiba menurut Fahri, datang Ahmad Fathanah (AF), yang akhirnya terlibat pembicaraan bertiga. Demikian keterangan Wakil Sekjend Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah.
"Karena saya datang ketemu LHI, sempat diajak ke ruangan diskusi, tiba-tiba ada AF masuk ke situ sempat ngobrol sendiri dan ngobrol bertiga. Yang menarik, ini menjadi tuntutan kita di persidangan sebab jarak antara AF dan LHI sehari, habis ditangkap memang sasarannya LHI sejak awal," ujarnya di pressroom DPR, Senin (1/07).
Sejak awal, katanya, LHI sudah menjadi target oleh tim dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan bukanlah AF, karena semua pertanyaan mengenai uang suap yang diarahkan kepada AF semuanya menjurus pada LHI.
"Tim KPK yang menangkap AF sejak awal memang niatnya mau tangkap LHI. Sejak AF ditangkap, seluruh pertanyaan mengarah pada keterkaitan hubungan antara LHI dan AF," terangnya.
Bahkan saat melakukan pemeriksaan terhadap Ahmad Fathanah, menurut Fahri, penyidik KPK yaitu Novel Baswedan itu sangat kasar, bahkan bisa dikatakan semi mengancam kepada Ahmad Fathanah, hal itu dilakukan supaya AF menjelaskan hubungannya bahwa uang itu untuk LHI. "Saudara kalau tidak kooperatif, akan saya miskinkan," begitu kutipan ancaman dari Novel Baswedan, .
"Sejak awal, AF sudah mengatakan bahwa uang tersebut bukanlah untuk LHI, dan dikatakan uang tersebut akan diserahkan kepada seseorang yang saat itu tengah berada di lobby hotel. Dalam perkara ini jelas, ada dua barang bukti yang disembunyikan oleh KPK yaitu, sadapan telepon antara AF dengan sopirnya. Sadapan telepon itu jelas mengatakan uang itu uang AF," jelasnya.
Bahkan, katanya, belakangan sopirnya pun diteror, dan seolah uang itu memang untuk LHI. Tapi sadapan telepon ini tidak mau dibuka oleh pihak KPK. Lalu yang kedua, sadapan telepon AF dengan dua pihak yang dealer mobil yang mau ambil uang itu untuk bayar utang.
"Nah itu juga oleh KPK tidak mau dibuka. Alasannya tidak ada atau hilang. Kalau tidak ada, mungkinkah seseorang yang dikuntit lalu ditangkap, tapi percakapan teleponnya tidak ada. ini alat bukti yang disembunyikan KPK," tambahnya.
Selain itu juga, intimidasi yang dilakukan oleh KPK, menurut Fahri jelas penangkapan terhadap AF itu arahnya untuk menangkap LHI.
"Kalau hal ini dipahami oleh majelis hakim Tipikor dan mau memaksa untuk dibuka rekaman itu, kasus ini tentunya akan hilang. Tapi kita akui pada saat itu ada kesalahan waktu LHI dijemput, akhirnya kita main serahkan ke KPK tanpa bukti. Padahal mereka tidak bisa jemput LHI karena dua alat bukti itu tidak berhasil," ucapnya. (pm/kmhkm)
Sumber: http://ift.tt/1QR3KOL