Mengapa Putin Akan Gagal di Suriah?


MENGAPA PUTIN AKAN GAGAL DI SURIAH?

Moskow secara resmi bergabung dengan perang Suriah pada 30 September, dengan meluncurkan serangan udara di wilayah yang dikuasai oposisi dan membunuh sebagian besar warga sipil dan pejuang oposisi. Selain itu Rusia juga memberikan dukungan udara untuk pasukan rezim Assad, IRGC Iran dan Hizbullat dalam operasi ofensif di Hama, Latakia dan Aleppo. Alih-alih merebut posisi strategis di dataran al Ghab dan pinggiran kota Hama, pasukan rezim Assad menderita kerugian besar dengan hancurnya puluhan kendaraan lapis baja dan banyaknya pasukan yang tewas. Pasukan oposisi Suriah telah meneguhkan posisi untuk memegang garis pertahanan mereka.

Setelah empat minggu intervensi Rusia di Suriah, pasukan rezim Assad tidak mencapai kemajuan strategis meskipun mendapat dukungan udara Rusia habis-habisan. Banyak ahli percaya bahwa pemboman sengit dari angkatan udara Rusia tidak akan mengubah skala kemajuan dalam mendukung rezim Assad, karena kekuatan SAA dan sekutu milisi Syiah telah mulai melemah awal tahun ini.

Arab Saudi tidak akan membiarkan Suriah jatuh di tangan Iran dan Rusia

Arab Saudi melihat konflik di Suriah sebagai pertempuran eksistensial terhadap Iran, dan tidak akan menerima jatuhnya Suriah ke tangan Iran dan Rusia, sama seperti KSA tidak menerima jika Yaman diambilalih Iran. Tidak akan mudah bagi Saudi untuk membentuk koalisi seperti yang mereka lakukan di Yaman, karena ada negara-negara Arab yang tidak setuju dengan visi Saudi mengenai solusi untuk mengakhiri konflik ini, tetapi mereka akan meningkatkan dukungan militer mereka untuk kelompok oposisi Suriah dalam rangka mengalahkan pasukan Rusia dan Iran

Tentara Pembebasan Suriah menolak bantuan Rusia

Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menolak tawaran Rusia untuk membantu mereka dalam memerangi Daesh dan menghentikan seruan Rusia untuk ikut serta dalam pemilu baru dalam rangka mengakhiri perang Suriah.

"Rusia membom FSA dan faksi oposisi yang lain, dan sekarang ingin bekerja sama dengan kami, sementara mereka tetap berkomitmen untuk mendukung Assad? Kami tidak mengerti Rusia sama sekali! " Kata Letnan Kolonel Ahmad Saoud, juru bicara Divisi 13 FSA.

Rusia memasuki perang dan memulai kampanye udara di Suriah, dengan mengatakan akan mentargetkan ISIS dan "teroris" lainnya setelah mengatakan bahwa "pemberontak" moderat juga eksis di Suriah. Sebagian besar target Rusia sejauh ini adalah warga sipil dan kelompok-kelompok oposisi, dimana serangan udara lebih dimaksudkan untuk menopang rezim Assad daripada menghancurkan ISIS. Kelompok oposisi Suriah saat ini mulai bersatu dan meningkatkan koordinasi diantara mereka untuk melawan invasi Rusia.

Meningkatnya konflik sektarian

Pemimpin Barat dan sebagian besar pemimpin Arab mengatakan bahwa Assad telah kehilangan semua legitimasi, Assad juga telah kehilangan dukungan dari mayoritas Arab Sunni Suriah, belum lagi Kurdi dan kelompok minoritas lainnya, untuk menerima pemerintahannya. Bahkan jika Assad entah bagaimana, bisa mengalahkan ISIS dan semua kelompok oposisi Suriah, yang akan menjadi target serangan udara Rusia, ada sedikit alasan untuk berpikir bahwa kekejamannya tidak akan pernah mewujudkan stabilitas di Suriah.

Sejarah intervensi Rusia dalam perang dan konflik penuh kegagalan, mereka telah melakukan intervensi militer di Chechnya pada tahun 1994 yang mengakibatkan kemenangan Chechnya dan penarikan pasukan Rusia dari Chechnya. Juga di Afghanistan pada tahun 1979 dan berakhir dengan menarik diri dari Afghanistan setelah satu dekade pertempuran, yang mengakibatkan kematian 15.000 tentara Soviet, dan perang ini adalah salah satu alasan yang menyebabkan pecahnya Uni Soviet.

Rusia juga akan gagal di Suriah, karena posisi Moskow menentang mayoritas rakyat Suriah yang beragama Islam Sunni, Rusia menjadikan dirinya sebagai musuh Islam sejak Gereja Ortodoks Rusia menyatakan "perang suci" di Suriah, dan kehendak ini mendorong pasukan oposisi Suriah dan Jihadis untuk memberikan perlawanan lebih sengit lagi.

Perang ini kemungkinan akan memperburuk kemarahan terhadap rezim Assad di seluruh wilayah, melipatgandakan angka gerakan jihad Sunni dari seluruh dunia untuk bergabung dengan pejuang oposisi Suriah. Di pihak lain, koalisi Putin-Assad, bergabung dengan Iran dan Hizbullat, yang didominasi oleh Syiah dan non-Sunni lain seperti Kristen, akan memperdalam dinamika sektarian perang di Timur Tengah. Mengingat bahwa Assad merupakan minoritas sektarian di Suriah, semakin sektarian perang, semakin kecil kemungkinan baginya untuk memenangkan perang.

*On pics: Bangkai helm tentara Rusia di Afghanistan

Sumber: http://ift.tt/1N3XkLx
Edisi terjemahan: http://ift.tt/1XvjYzt




Subscribe to receive free email updates: