Ya! dua tim tersebut adalah Madrid vs Barca. Pertemuan kedua tim untuk yang ke 228 kalinya ini diprediksi akan menegangkan dan berjalan seru. Selain persaingan antar kedua kesebelasan, laga malam nanti juga merupakan laga el clasico antara dua pemain terbaik di planet ini yaitu antara Ronaldo 'si anak miskin' dan Messi 'si anak yang sakit-sakitan'.
Dua pemain ini dinobatkan sebagai pemain terbaik dan memiliki label sebagai pemain dengan bayaran termahal sejagat. Selain itu, prestasi kedua pemain tersebut juga sangat luar biasa. Ronaldo saat ini mengoleksi dua trofi Ballon d'Or dan Messi memiliki empat gelar Ballon d'Or.
Tapi, cobalah kita menilik ke belakang dimana saat mereka masih kecil dan belum terkenal seperti saat ini. Jika melihat ke masa lalu, pertarungan ini sebenarnya bukan pertarungan antara dua mega bintang sepakbola dunia. Ini adalah pertandingan antara seorang Ronaldo yang merupakan 'Anak Miskin' vs seorang Messi yang merupakan 'Anak yang Sakit-sakitan'.
Ya, sebelum mereka sehebat ini sebenarnya mereka dulunya adalah bukan siapa-siapa. Bahkan dimasa lalunya mereka adalah hanyalah orang-orang yang sering sekali di hina dan direndahkan. Berbeda dengan sekaran ini, mereka begitu di puja-puja, terkenal, kaya, dan punya banyak penggemar. Mari kita melihat sejarah Ronaldo terlebih dahulu yang berawal sebagai seorang bocah ingusan yang miskin, kini menjadi pemain dengan bayaran termahal sejagat.
1. Kehidupan Ronaldo Kecil
Dalam sebuah wawancara yang kemudian dikutip oleh suratkabar Inggris Daily Mirror, Ronaldo terang-terangan mengaku bahwa masa kecilnya dilewati dalam kehidupan ala kadarnya. Meskipun ia juga mengaku kala itu ia relatif terbiasa dengan kehidupan berat tersebut.
Aku dibesarkan tanpa apa-apa, (keluarga) kami sangat miskin. Aku tak punya mainan dan tak mendapatkan hadiah natal. Aku berbagi kamar bersama seorang saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuan dan orangtuaku tidur di kamar satu lagi,Ia mengaku jika rumahnya sangat kecil, namun ia tak pernah mempermasalahkannya. Kehidupan berat yang dijalani membuatnya sangat dekat dengan ketiga saudara kandungnya. Ronaldo menyebut sangat bahagia bisa hidup bersama dan menurutnya di lingkungan sekitar tempat tinggal Ronaldo juga berlaku hal serupa, tempat tinggal kecil dan hidup berdesak-desakan.
-kata Ronaldo mencoba menggambarkan masa kecilnya.
Buat kami itu normal, seperti itulah yang kami tahu. Semua orang hidup seperti itu, dan kami bahagia.Ronaldo termasuk populer di sekolah, tapi justru mengaku tak terlalu suka bersekolah. Ia bahkan kemudian dikeluarkan dari sekolah karena melemparkan kursi kepada guru. Ia menyebut alasan pelemparan itu karena sang guru tidak menghargainya.
-jelas Ronaldo
Beruntung sang ibu, Dolores, pengertian dan membolehkannya berfokus di dunia sepak bola. Ronaldo dan orang-orang di sekitarnya memahami bahwa Cristiano memang memiliki bakat yang besar. Ia sendiri mengaku menyadari bakatnya ketika berusia 14 tahun.
Waktu itu aku sudah berpikir aku cukup bagus untuk bermain sepak bola semi-profesional. Aku kemudian sangat yakin aku yang terbaik ketika berumur 22 tahun di Manchester United.
-ungkapnya
2. Kehidupan Messi di Masa Kecil
Cerita yang dialami Lionel Messi memang berbeda dari Ronaldo, namun sama-sama menempuh perjuangan hidup yang tak kalah berat. Dilahirkan di kota Rosario di Propinsi Sante Fe, tempat pejuang kenamaan dilahirkan Che Guevara. Saat berumur lima tahun Lionel Andres Messi bermain bola untuk klub pertamannya Grandoli hingga bergabung dengan Newell's Old Boys.
Messi yang masih bocah mengalami masalah dengan pertumbuhan badannya, ia tak kunjung tumbuh layaknya teman-teman sebayanya. Problem pertumbuhan yang dialaminya itu terkait dengan kekurangan hormon pada pertulangannya. Kondisi yang berat mengingat agar bisa hidup normal Messi kecil butuh lebih dari 900 poundsterling atau sekitar Rp20 juta per bulan. Angka yang sangat memberatkan bagi keluarga Leo.
River Plate, salah satu klub terbesar di Argentina sebenarnya menaruh perhatian besar pada perkembangan Messi, namun ketika itu kondisi ekonomi Argentina sedang kolaps. Sehingga mereka juga tidak kuasa untuk 100% membantu Messi yang saat didiagnosa kekurangan hormon masih berumur 11 tahun.
Beruntung Carles Rexach, direktur olahraga Barcelona melihat bakat besar yang dimiliki Leo Messi. Keluarga Messi memiliki saudara yang tinggal di Catalan dan bisa mengatur trial di Barcelona.
Klub Catalan itu kemudian menawari kontrak untuk menanggung seluruh bea pengobatan Messi asalkan ia mau pindah ke Spanyol. Messi dan ayahnya kemudian pindah ke Spanyol dan masuk ke La Masia, cerita pun berlanjut hingga Messi meraih sukses seperti sekarang.
Nah, jadi dari cerita diatas bisa dijadikan inspirasi bahwa sebesar apapun halangan yang menghadang kita untuk meraih kesuksesan, dengan usaha yang keras dan bersungguh-sungguh tujuan itu pasti bisa tercapai.