Salah satu jualan JIL dalam menebar virus sepilisnya adalah larangan kepada kaum muslim untuk tidak menyebut istilah kafir.
Meskipun kesesatan dalam beraqidah sudah terlihat nyata, tapi JILers ini tetap nyinyir kepada kita kalau kita menyebut yang sesat tersebut sudah menjadi kafir. Baik dengan tuduhan takfiri atau sebutan rasis, dll.
Tujuannya adalah secara perlahan ummat Islam akan merasa biasa-biasa saja dengan kekufuran. Jangankan memperhatikannya secara substantif, menyebut kata kafir saja nanti akan semacam aib. Na'dzubillahi min dzalik.
Padahal sebutan kafir ini jelas adanya dalam al-Qur'an. Bukan karena suka-sukanya kita. Bahkan salah satu nama surat dalam Al-Quran adalah "Al-Kafirun".
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
Kata kafir itu sendiri adalah sebutan kepada mereka yang melakukan kekufuran. Kufur secara bahasa (etimologi) berarti menutupi, sedangkan menurut syara' (terminologi) kufur adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Kata 'kufur' dalam bahasa Arab ini semakna dengan kata 'cover' dalam bahasa Inggris (yang berarti penutup/tertutup). Artinya tertutup dari kebenaran akan kesaksian ber-Ilah kepada Allah dan bernabi kepada Muhammad SAW.
Dan, dalam setiap agama pun ada sebutan khusus buat orang orang yang tidak seiman dengan mereka. Bila kita menyebut kafir, dalam kristen istilahnya "domba yang tersesat". Maknanya sama, cuma para JILers emang double standarndnya sudah akut parah.
Sangat jelas bukan? Lalu kenapa mesti alergi menyebut kafir?
(Feri Susanto)