Dahlan Iskan: Indonesia Butuh Pemimpin Berintegritas dan Antusias


Mantan Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, punya resep sederhana memilih pemimpin, yaitu melihat dua aspek saja: integritas-antusiasme dan fleksibilitas. Hal itu diungkapkannya dalam Inspiring Youth Leaders Forum (IYLF) yang digelar Rumah Kepemimpinan PPSDMS, Sabtu (21/11).

"Integritas paling utama dan tidak ada tesnya, hanya bisa dilihat dari track record. Tapi kalau kita ingin membuat kemajuan, maka dibutuhkan mereka yang mempunyai antusiasme dan fleksibilitas tinggi," ujar Dahlan di hadapan mahasiswa dan aktivis muda dari Jakarta, Bogor, Bandung dan Medan. "Gabungan ketiganya akan mencapai puncak kinerja."

Dahlan menyayangkan kondisi sosial-politik Indonesia belum optimal memberi kepercayaan kepada anak muda, sehingga beberapa posisi stategis tetap dipegang kalangan tua. "Percayalah anak muda itu yang dapat membuat kemajuan, berikan mereka kepercayaan dan kesempatan," seru Dahlan, disambut tepuk tangan meriah. Pesan Dahlan, kaum muda tampil apa adanya, jangan sok jujur atau sok bersih.

Bukti bahwa kaum muda bisa berkarya nyata, antara lain, ditunjukkan Dalu N. Kirom, alumni Rumah Kepemimpinan Regional 4 Surabaya yang menggagas gerakan "Melukis Harapan". Yakni, mengubah kondisi warga di daerah eks-lokalisasi Dolly.

"Kami anak-anak muda Surabaya tergugah saat pemerintah menutup lokalisasi pelacuran terbesar di Asia Tenggara. Lalu, warga harus makan apa? Saat itu omzet transaksi haram bisa mencapai Rp 1 miliar per bulan," ungkap Dalu, alumni FISIP Universitas Airlangga.

Dalu mengerahkan kawan-kawannya melakukan pemberdayaan agar warga membuat jajanan khas Surabaya dengan merek Samijali. Mereka kemudian memasarkannya kepada warga Surabaya dan via media sosial. "Disamping itu, kami melatih kaum muda berbagai keterampilan dan membuka perpustakaan anak/remaja. Tekad kami menjadikan Dolly baru sebagai pusat kuliner dan kreativitas anak muda," cetus Dalu.

Tekad kaum muda itu disepakati Tri Mumpuni, pelopor tenaga listrik mikrohidrolik untuk wilayah pedesaan dan terpencil. "Kaum muda harus mengasah empati, disamping kecerdasan dan keterampilan teknis. Karena perbaikan di negeri ini butuh modal sosial, disamping modal material dan teknologi," sahut Tri.

Pembina Yayasan Rumah Kepemimpinan, Drs. Musholi, sangat terharu karena tokoh senior seperti Dahlan Iskan dapat hadir dan berdialog dengan anak muda. "Kita harus menjembatani kesenjangan generasi. Perlu pewarisan nilai, termasuk integritas, antusiasme dan fleksibilitas kerja," jelas Musholi.

Pembinaan di Rumah Kepemimpnan berlangsung sejak 2002 dan berjalan tujuh angkatan. Sekitar 700 alumninya telah tampil menjadi wirausaha muda, akademisi, birokrat dan aktivis sosial. "Kami menanamkan prinsip rendah hati, obyektif, open mind dan moderat (ROOM)," simpul Musholi.




Subscribe to receive free email updates: