Siapa tidak mengenal Erdogan? Sikap sederhana dan kegigihannya menjadi inspirasi bagi setiap orang.
Perlu diketahui, sejak menjadi Walikota Istanbul, Erdogan dikenal sebagai pemimpin yang cinta dan dekat dengan rakyatnya.
Meski hadir sebagai sosok pemimpin muda, Erdogan sangat menghormati orang yang lebih tua darinya. Ia bahkan tidak ragu-ragu untuk mencium tangan orang tua dan menyalami orang yang bertemu degannya.
Seperti ditulis Syarif Thagian dalam bukunya 'Erdogan: Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki', kebiasaan Erdogan untuk dekat dengan rakyatnya sudah muncul sejak dirinya menjadi Walikota Istanbul Raya hingga menjadi perdana menteri di bulan Maret 2003. Salah satu kebiasaan itu adalah selalu berbuka puasa selama Ramadhan bersama keluarga fakir miskin ditemani istrinya Emine. Dia juga berbagai makanan kepada orang miskin dan terlihat akrab dengan mereka.
Tentang kebiasaan Erdogan yang satu ini, media Turki telah banyak mengungkapkannya. Dalam edisi 25 Agustus 2009, sebuah media Turki menceritakan kisah Erdogan menemui seorag nenek.
Bersamaan dengan adzan maghrib, Erdogan mengetuk pintu rumah seorang nenek bernama Aisyah Oljum. Ia tinggal di desa Baglijar daerah Ankara ibukota Turki.
Nenek tersebut tidak percaya dan mengusap kedua matanya, ketika melihat sesosok pria mengetuk pintunya. Betapa kaget sang nenek ketika orang yang menghampiri rumahnya adalah Erdogan.
Pemimpin bersahaja itu datang untuk berbuka puasa di rumahnya dan menanyakan tentang keadaannya.
Setelah Erdogan berbuka puasa, dia bertanya keadaan nenek itu, apa yang dibutuhkannya, baik berupa materi atau bantuan lain.
Erdogan juga mengunjungi tiga rumah di sekitar rumah nenek tersebut. Ketika mengunjungi salah satu dari ketiga rumah tersebut, masuklah Walikota yang bernama Bektas dan duduk.
Kemudian Erdogan berkata kepada Walikota tersebut, “Aku meminta sesuatu kepadamu malam ini,” maka walikota pun menjawab, “Silahkan yang mulia.”
Lalu Erdogan mengulurkan tangannya dan memasukannya ke dalam saku walikota. Dia menemukan sebungkus rokok seraya berkata, “Kamu tinggalkan rokok ini mulai sekarang.”
Walikota itupun kaget karena dia harus menerima permintaan Erdogan. Walikota pun meminta agar bungkus ini menjadi bungkus terakhir yang dihisapnya. Akan tetapi Erdogan menolak dan tetap memegang bungkus rokok tersebut, lalu menulis nama walikota, tanggal dan membubuhkan tanda tangan di bungkus rokok tersebut.
Lalu memberikan rokok tersebut kepada kepala kantor, dan memintanya untuk menyimpan bungkus rokok tersebut di Museum Kemasan Rokok untuk koleksi. Begitulah Erdogan berdakwah kepada orang di sekelilingnya.
Dari hari ke hari Erdogan merasa bahwa dirinya adalah milik rakyat bukan elit politik yang tinggal di menara gading, yang hanya mementingkan organisasi dan berbicara tentang hal-hal yang tidak dipahami masyarakat.
Ia menjadi lebih dekat dengan rakyat. Sejak tahun 2006 rakyat bebas berbicara dengan perdana menteri melalui telpon bebas pulsa untuk mengajukan saran dan keluhan.
Dan ketika menjadi Presiden Turki, kecintaan Erdogan tidak hanya ia curahkan kepada warga Turki, tapi juga warga Rohingya, Gaza, Mesir, hingga Suriah.
Sumber: Islampos
(Ket. Foto: Erdogan menerima seorang nenek tua asal Turki yang berada di kompleks Masjid Nabawi, lantas mencium tangannya, layaknya seorang anak bertemu ibundanya.)