Kepala Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, Joko Wijoyo keberatan dengan rencana autopsi terhadap jenazah terduga teroris Siyono (39). Hal ini terbukti dari tiga poin pernyataan yang ia sampaikan kepada pihak Komando Kesiapsiagaan Pemuda Muhammadiyah (Kopam) Muhammadiyah yang mewakili pihak keluarga Siyono.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan Suratmi enggan menemui kepala desa. Untuk itu, ia diwakili oleh Kopam. Saat pertemuan itu, Joko menyampaikan sikap keberatannya.
Pertama, aparatur desa tidak ingin dilakukan autopsi terhadap almarhum Siyono. Kedua, kalaupun tetap dilakukan, Joko meminta autopsi jangan dilakukan di kampung tersebut. Ketiga, setelah autopsi dilakukan, jenazah Siyono tidak boleh lagi dikuburkan di desa itu. Seluruh keluarga Siyono pun harus angkat kaki dari desa tersebut.
Namun di luar dugaan, Suratmi menanggapi pernyataan tersebut dengan ikhlas. Dia pun berkata kepada Dahnil, "Saya sedang mencari keadilan. Saya menitip usaha saya kepada Muhammadiyah. Kalaupun kemudian dalam usaha mencari keadilan ini saya harus terusir, bumi Allah SWT luas. Autopsi tetap harus dilakukan," katanya.
Melihat kuatnya tekad Suratmi, Muhammadiyah pun akan menampungnya. "Kami akan menanggung segala keperluan ekonomi Suratmi beserta anak-anaknya. Muhammadiyah akan bertanggung jawab demi keadilan," ujar Dahnil dalam konferensi pers 'Mencari Keadilan untuk Suratmi' di Jakarta, Jumat (1/4).
Dahnil pun sempat mempertanyakan sikap Joko yang kontra terhadap rencana autopi jenazah Siyono. Alasan kades dinilainya tak masuk akal. Kala itu, kades menyebut bahwa sikap itu berasal dari aparatur, tokoh, dan sebagian warga Desa Pogung.
"Padahal waktu kami tanya ke warga, sebagian besar mereka tak keberatan dalam upaya pencarian keadilan Suratmi," kata Dahnil.
Meski timbul pertentangan, Muhammadiyah akan tetap melakukan upaya pencarian keadilan tersebut. Tentunya dengan cara yang khazanah dan baik. (ROL)