Matahari tengah menikam di batas langit timur, Selasa 11 September 2001. Siang itu mendadak gemuruh terdengar keras dari pucuk menara Gedung World Trade Center (WTC) di Kota New York.
Semua orang yang mendongak langsung terbelalak. Melihat dua menara kembar pencakar langit itu ditabrak tanpa ampun oleh dua pesawat komersial. Simbol keperkasaan ekonomi Amerika Serikat yang tak pernah tidur itu pun tumbang. Runtuh seketika.
Ribuan manusia tewas dalam rangkaian tragedi mengerikan itu. Jaringan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dituduh sebagai dalang di balik tragedi itu. Umat Islam pun terkena getah. Prasangka merebak. Islamophobia atau kecurigaan pada Islam menyebar ke mana-mana.
Sebulan berlalu. Seorang pria perlente terlihat menyusuri lokasi tragedi WTC. Yang cuma tersisa puing reruntuhan. Pria berkacamata itu datang ribuan kilometer dari tempat tinggalnya, demi melihat langsung kengerian dari serangan biadab tersebut.
Dia adalah Pangeran Alwaleed bin Talal bin Abdul Aziz, keponakan dari Raja Arab Saudi, Raja Abdullah bin Abdulaziz.
Ditemani Walikota New York, Rudy Giuliani, Pangeran Alwaleed tertegun melihat beton besar pondasi Gedung WTC kini rata dengan tanah. Dahinya berkenyit, tak habis pikir dengan aksi kejam terorisme.
Kunjungan Alwaleed ke sana bukan dalam rangka pelesir. Saudagar Arab itu datang untuk tujuan mulia. Ia mau memberikan bantuan berupa cek sebesar US$ 10 juta atau sekitar Rp 130 miliar ke Walikota Giuliani.
Dana itu kemudian diteruskan ke Twin Towers Fund, yayasan untuk membantu keluarga petugas penyelamat yang tewas dalam tragedi 11 September.
Orang terkaya di Jazirah Arab ini secara tegas mengatakan, kaum muslim mengutuk tindakan teror 11 September yang dinilai sebagai kejahatan besar. Kata dia, dalam serangan itu banyak juga korban muslim yang jatuh.
Meski begitu, Alwaleed yang dikenal kontroversial, dalam wawancara dengan CNN, meminta AS mengevaluasi kebijakannya selama ini. Karena bisa jadi itu sumber dari kebencian para teroris.
"Saya percaya pemerintah AS harus mempertimbangkan kembali kebijakannya di Timur Tengah dan mengambil langkah-langkah yang lebih berimbang dalam masalah Palestina," kata pria yang menduduki posisi pertama orang Arab paling tajir tahun 2015 versi majalah Forbes.
Pernyataan itu rupanya membikin pemerintah AS berang. Mereka tak terima diberi 'masukan' kritis. Mereka menilai komentar Alwaleed dianggap berbahaya dan tidak bertanggung jawab.
Kadung kesal, sang Walikota Giuliani buru-buru mengembalikan cek sumbangan Alwaleed yang sudah ia terima. Tak mau ambil pusing, Alwalled enggan meladeni balik. Karena tujuan ia hanya ingin membantu korban dan tak ingin peristiwa itu terulang lagi.
Doyan Sedekah
Sebagai orang Arab terkaya di planet bumi, Alwalled bukanlah orang yang suka menimbun kekayaan untuk dinikmati sendiri.
Selain pada korban WTC, Pangeran Alwaleed dikenal sering berbelas kasih pada orang-orang miskin dan menderita di negerinya dan negara lain.
Lewat Yayasan Alwaleed bin Talal yang menjangkau semua benua, ia sering melakukan aksi sosial yang mencengangkan.
Tahun lalu saja, ia menyediakan 617 unit rumah bagi kalangan yang membutuhkan di Arab Saudi. Inisiatif Alwaleed dilakukan sebagai respon dari kebutuhan Penjaga Dua Masjid Suci untuk menyediakan perumahan layak buat bagi warga fakir miskin.
Saat bulan Ramadan lalu, sang pangeran pun membebaskan 1.059 tahanan Arab Saudi dan Mesir dengan membayar lunas utang mereka.
Lewat yayasan ini, Alwaleed gencar melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan dan filantropis di lebih dari 84 negara.
Pangeran Alwaleed juga berkontribusi $20 juta untuk mendirikan pusat pemahaman Kristen-Muslim di Georgetown University, yang merupakan salah satu lembaga kunci global untuk hubungan Kristen-Muslim.
Uluran tangan Alwaleed juga seakan tak pernah absen dalam bencana besar dunia. Warga Indonesia yang terkena bencana juga ikut merasakannya. Mulai dari korban bencana gempa bumi Sumatera Barat sampai tsunami Aceh. Ia ikut menyumbang lebih dari US$ 19 juta (Rp 246 miliar).
Alwalled juga mendukung pendirian pusat-pusat dan studi, serta forum bagi dialog antara agama-agama yang berbeda di dunia, dan memberikan kontribusi bagi perlindungan warisan dan seni Islam di museum-museum dunia.
Sumur Kekayaan Tak Pernah Kering
Sumur kekayaan pria kelahiran Riyadh 7 Maret 1955 memang tidak pernah kering. Majalah Forbes mencatat, total kekayaan bersih sang pangerang mencapai US$ 22,6 miliar, sama dengan Rp 293 triliun. Fantastis!
Uang sebanyak itu didapat bukan karena harta warisan keluarga kekayaan. Tetapi juga karena bermacam usaha yang dimilikinya.
Dia memang pebisnis andal yang mampu menghasilkan banyak pemasukan. Perusahaan yang dimilikinya, Kingdom Holding Company (KHC), langkahnya sudah sangat tersohor.
Perusahaan ini memiliki investasi beragam. Terrmasuk saham di perusahaan manajemen hotel Four Seasons Hotels & Resorts, Movenpick Hotel & Resorts dan Fairmont Raffles Holding serta saham di Citigroup dan News Corp.
Tercatat laba bersih perusahan dalam kuartal kedua tahun lalu mencapai Rp 650 miliar, naik jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 557 miliar.
Jadi tak heran kalau KHC diakui sebagai pemain elit di kawasan Jazirah Arab dan internasional.
Dengan pencapaian itu, Alwaleed seakan tak pernah kehabisan penghargaan. Dia masuk dalam daftar 'Orang Paling Berpengaruh Dunia' versi majalah Time 2008. Dan yang terbaru, ia jadi pemuncak daftar '100 Kepribadian Paling Berpengaruh' di media Twitter.
Dari kisah Alwaleed, kita bisa belajar banyak. Meskipun telah menjadi salah satu orang Arab terkaya di planet bumi, tidak berarti melupakan kewajiban bersedekah. Tangannya yang ringan untuk berbagi beban bagi mereka yang menderita, tak pelak membuatnya dikenang sebagai seorang dermawan. Orang kaya yang dermawan. (eh/dream)