Pak Jokowi... kalau Bapak hendak membandingkan pertumbuhan ekonomi, perbandingannya antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, Pak. Istilahnya, saya bantu ya Pak: 'Year on Year'. Disingkat YoY, Pak.
Mengapa perbandingannya harus seperti itu? Karena pertumbuhan pada sebuah tahun terkait langsung dengan apa yang dilakukan pada tahun sebelumnya.
Kita tidak bisa mengatakan pertumbuhan tahun 2015 sebagai hasil dari kerja tahun 1995. Pertumbuhan tahun 2015 garis kaitnya adalah 2014, Pak.
- Jadi, kalau mau membandingkan pertumbuhan era Bapak yang 4,7% sejauh ini, acuannya bukan pertumbuhan tahun 1998 yang minus sekian persen (membuat Bapak terlihat hebat).
- Bukan pula mengacu pada pertumbuhan ekonomi Zimbabwe yang minus-minusan karena Zimbabwe bukan Indonesia.
- Jangan pula membandingkan dengan pertumbuhan Negara-maju (developed country) yang berada di kisaran 1-2%. Namanya aja "developed", Negara-maju bukan lagi negara yang sedang "membangun", mereka adalah negara yang sedang menikmati hasil pembangunan dan mempertahankan hasil itu, Pak.
Bapak harus membandingkan pertumbuhan 4,7% tahun yang sedang berjalan ini, yang kebetulan tahun sebelumnya belum merupakan hasil dari kerja era Bapak, dengan pertumbuhan 5% tahun 2014 punya Presiden sebelum Bapak. Hasilnya: kita minus, Pak.
Cara Bapak membandingkan pertumbuhan a la Bapak kemarin itu jelas hanya merupakan cara "find the Kambing Hitam", Pak. Atau, Bapak benar benar ora mikir karena pikiran Bapak nggak nyampe.
Nasib 250 juta orang ada di tangan Bapak...
(Canny Watae)