Oleh Teuku Zulkhairi*
Kita senantiasa menyaksikan banyak bukti otentik dan valid yang menunjukkan bahwa siapapun yang ingin membela Al-Asha maka pasti dihancurkan oleh plot-plot jaringan rahasia yang ingin mengendalikan dunia secara power full. Jaringan rahasia inilah sesungguhnya yang mengatur tatanan dunia. Namun, pion-pion lah yang dimajukan ke depan untuk misi tersebut (menghancurkan siapapun yang membela Al-Aqsha).
Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha telah menjadi rahasia umum masyarakat dunia. Haikal Sulaiman yang ingin dibangun di atas reruntuhan Al-Aqsha nantinya mereka harapkan menjadi kiblat peradaban tatanan dunia baru, dengan raja yang kita diperkenalkan oleh hadis-hadis Nabi Muhammad Saw sebagaiDajjal menjadi rajanya.
Hanya saja, keinginan itu terhalang oleh karena janji Allah Swt bahwa Al-Aqsha akan selalu ada yang bela, meskipun yang membela ini justru juga dicaci oleh para muslim sendiri. Tidak banyak yang berani melawan agenda besar ini. Negara-negara Arab yang mayoritas Muslim terbukti telah menjadi penurut atas banyak agenda ini. Inilah yang disampaikan Rasulullah Saw di masa hidupnya tentang sesuatu yang dikhawatikan beliau akan menimpa umat Islam di akhir zaman, yaitu penyakit Wahn yang mendera umat Islam, yaitu penyakit TAKUT MATI. Suatu penyakit yang secara otomatis akan menghilangkan 'iizah sebagai muslim. Takut mati muncul karena terlalu cinta kepada dunia dan isinya, serta melupakan kampung abadi di akhirat nanti.
Hampir semua negara Arab tidak berani, kecuali Qatar dan Arab Saudi baru dibawah Raja Salman. Saudi pun sungguh problematis, meskipun Saudi memiliki Mekkah sebagaiKiblat umat Islam, namun rezim sebelumnya justru telah membangun Istana Dajjal di Jabal Habsyi, terletak 12,5 km dari kota Madinah Al-Munawwarah.
Sesuatu yang menunjukkan bahwa dukungan terhadap tatanan dunia baru dibawah Dajjal bahkan telah menyentuh negeri yang menjdi kiblat umat Islam ini, sekaligus membuktikan bahwa di negara ini terdapat plot-plot pendukung Dajjal meskipun memakai simbol Islam. Inilah problem besar umat Islam dunia yang telah terjadi sejak beberapa dekade silam.
Kendati demikian, qadarullah berlaku, setelah meninggalnya Raja Abdullah, Raja Salman yang menggantikannya segera mencoba merubah kebijakan politik Saudi Arabia, dan pro Al-Aqsha. Resikonya? Raja Salman pun digoyang. Berbagai isu dimunculkan media Barat untuk mendiskreditkannya. Tidak mudah menjadi pejuang Islam di akhir zaman. Seperti yang diingatkan Rasulullah Saw di masa hidupnya, membela Islam di akhir zaman adalah seperti Kita memegang bara api di lautan, membakar kita jika kita pegang dan akan padam jika kita lepaskan. Begitulah beratnya resiko.
Fakta lain yang paling nyata adalah apa yang juga telah terjadi di Mesir beberapa tahun silam. Baru setahun memimpin Mesir, Muhammad Mursi dan organisasi Ikhwanul Muslimin dihancurkan rezim militer yang disupport Israel dan Barat. Alhasil, HAMAS yang sedang mewakili umat Islam untuk membela Al-Aqsha kembali sendiri.
Militer Mesir dibawah As-Sisi justru menjadi lebih Yahudi dari Yahudi itu sendiri. Cobalah perhatikan, dimana nurani kemanusiaan militer Mesir dengan tindakannya membuat pipa-pipa yang akan mengalirkan air laut ke Gaza yang sempit da terisolir? Apakah mereka tidak tahu, bahwa umat Islam di Gaza sedang dikepung disisi lain oleh Israel dan para pendukungnya dari militer Arab?
“Kesalahan” Erdogan
Nah, Turki Erdogani (Turki dibawah Kepemimpinan Erdogan) saat ini adalah negara yang paling pro aktif membela mesjid Al-Aqsha. Banyak bukti soal ini. Bahkan, dalam suatu forum Ekonomi Dunia di Davos, Erdogan dengan sangat berani "menghajar" Shimon Peres. Sesuatu yang tidak pernah berani dilakukan oleh pemimpin manapun selama ini.
Turki juga pernah mengirim armada Mavi Marmara untuk misi pembebasan Gaza yang diblokade Israel. Tidak sampai disitu, Turki juga membangun kembali infrastruktur Gaza yang dihancurkan bom-bom canggih Israel, saat negara-negara lain hanya bisa melihat saja.
Dan patut dicatat, Turki baru beberapa saat lalu menggelar pemilihan umum dini yang memenangkan AKParti, suatu partai "Islamis" yang dididirikan Erdogan dan Abdullah Gul. Kemenangan AKParti dalam pemilu terjadi setelah berbagai upaya plot-plot kejahatan gagal menghadang kemenangan AKParti, oleh karena masyarakat Turki Islam yang sudah sangat cerdas memahami peta politik dunia, serta posisi mereka sebagai pewaris peradaban besar di masa lalu.
AKParti mampu meraih 50 persen lebih kursi di parlemen Turki, suatu raihan yang jarang diraih oleh partai apapun di negara-negara yang multi partai. Raihan ini, tentu saja semakin memperkuat Erdogan di dalam negeri Turki, serta semakin memberanikan Erdogan bersuara secara lantang untuk mendesak reformasi PBB oleh sebab badan dunia ini hanya diatur oleh lima negara, suatu aturan yang telah menghadirkan berbagai malapetaka bagi kemanusiaan.
Plot-plot kejahatan tidak berhenti bekerja. Turki telah secara nyata berpotensi menjadi semakin super power dibawah Erdogan. Bahkan, Turki juga sedang menju Visi Turki Baru Tahun 2023 nanti, tepat pada momentum 100 tahun kejatuhan Khilafah Islamiyah Turki Usmani. Turki baru dipercayai berbagai kalangan akan merepresntasikan diri sebagai New Ottoman.
Untuk merealisasikan tujuan ini, Erdogan mengaku telah menyiapkan kain kafannya, persis Sultan-Sultan Tukri terdahulu yang senantiasa memakai kain kafan di kepalanya, yang membuktikan mereka bekerja untuk kehidupan yang abadi.
Berbagai upaya menghadang laju Turki nampaknya terus datang. Dan kini, Rusia nampaknya maju sebagai pion untuk hadapi Turki. Rusia tahu Turki adalah negara berdaulat, namun tetap saja pesawat-pesawat pembunuh mereka melanggar wilayah udara Turki. Apalagi tujuan manuver ini selain untuk menyeret Turki dalam distablitas ekonomi dan politik?
Dan, Amerika, meskipun menjadi anggota NATO seperti Turki, sudah bisa dipastikan sikapnya. Bahkan, Amerika juga bekerja di sisi lain untuk menghadang munculnya Turki baru yang kuat Islamnya. Tukri tahu ada tangan-tangan amerika di internal mereka yang menggangu stabilitas Turki. Jadi, lawan memang tidak sedikit meskipun di antara lawan-lawan itu sendiri memiliki kepentingan masing dan berbeda serta saling berseberangan.
Beruntung, sekali lagi, alhamdulillah Erdogan dan Ahmed Davogtolu adalah pemimpin yang memiliki harga diri dan mau menjaga harga diri negara Turki. Meski cacian atas upaya Turki menjaga harga diri ini tidak hanya muncul dari orang-orang Rusia, Israel, dan non muslim lainnya, namun juga muncul dari kalangan Sekuler, Syi'ah, Liberalis dan Hizbu Tahrir, termasuk yang di Indonesia. Lucu kan, tentu saja rendah sekali mental orang-orang Islam yang mendukung Rusia melanggar kedaulatan Turki.
Saya yakin, jika hari ini Belanda kembali menjajah negara kita, maka orang-orang yang bermental seperti itu pasti akan menyambut Belanda, serta mencaci siapa saja yang akan berjuang menjaga harga diri bangsa. Tapi... Tidak usah kita hiraukan mereka. Biar sajalah. Kita do'akan Allah membuka hati mereka, dan memberi kekuatan kepada kita semua untuk mampu bertahan atas setiap celaan orang-orang yang suka mencela. Sebab, seperti dijelaskan dalam Alquran, para pejuang Islam itu tidak takut kepada celaan, cacian, cibiran dan hinaan (perhatikan: Surat Al-Ma'idah Ayat 54).
Percayakah anda bahwa Rusia sangat memungkinkan sedang menjalankan perannya sebagai pion-nya Yahudi dan plot-plot rahasia yang sedang menanti kemunculan Dajjal? Perhatikanlah catatan sejarah, bahwa suku Khazar di Rusia adalah suku asli bangsa Israel modern. Suku Khazar yang asal Rusia adalah mayoritas penduduk Israel saat ini. Koneksi suku Khazar Rusia dengan Israel adalah nyata.
Jika masih juga belum percaya fakta ini ini, maka lihatlah rekam jejak Yahudi dalam menghancurkan Turki Usmani. Kita akan mendapati peran nyata Yahudi dalam menghancurkan Turki Usmani oleh sebab kengganan Sultan Abdul Hamid II menyerahkan wilayah Palestina kepada Yahudi.
Plot-plot kejahatan kini sedang menggiring Turki dalam kencah perang, saat dimana umat Islam masih bercerai berai. Saat dimana tidak sedikit umat Islam yang mencampakkan Islam dalam satu sudut sempit karena anggapan mereka bahwa urusan politik, eknomi, penjajahan kedaulatan adalah bukan urusan Islam sehingga jika ada musuh Islam yang melanggar kedaulatan umat Islam maka mereka akan berdalih bahwa itu adalah urusan ekonomi, bukan urusan Islam.
Padahal, ajaran Islam memiliki tujuan (Maqashid Syar'iyah) yang sangat fundamental da sakral. Islam memiliki orientasi melindungi Agama, Jiwa, harta, keturunan, dan akal. Siapa saja yang merusak agama, membunuh jiwa, merampok harta (SDA), menghapus keturunan dan merusak akal, maka Islam akan mengumumkan perang terhadap mereka.
Lalu, siapakah yang akan memenangkan pertempuran ini? Tentu saja mereka yang berada di atas garis haq. Dan umat Islam yang membela Al-Aqsha adalah pertanda posisi mereka di atas jalan haq.
Marilah kita perhatikan ayat-ayat ini dan mari membacanya lebih sering lagi:
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan Katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS.al-Isra’ :81).
Cukuplah Allah SWT sebagai penolong bagi umat Islam.
__
Sumber: teukuzulkhairi.com