Pengamat politik dan CEO PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah mengingatkan Jokowi untuk beradaptasi cepat dan belajar banyak karena banyak hal yang dituntut publik dari dirinya sebagai presiden.
Menurut Eep yang menjadi anggota tim sukses pasangan Jokowi-JK pada Pilpres lalu, kerja Jokowi sebagai presiden tidak begitu terstruktur, hal ini berbeda ketika ia menjadi gubernur atau walikota. Saat ini Jokowi bersikap terlalu simbolik.
"Ada hukum alam yang tidak bisa dilawan, menjadi presiden adalah sesuatu yang berbeda dengan menjadi gubernur atau walikota. Jika tidak belajar cepat Jokowi akan ketinggalan," katanya.
Eep mengatakan hal tersebut saat menjadi pembicara acara Pelatihan School for Nation Leader (SNL) dengan tema "Pemimpin Muda dengan Jati Diri Ke-Indonesiaan,". Acara yang digelar Sekolah Kepemimpinan Bangsa ini digelar pada 14-20 April 2015, di Kawasan Wisata Djampang, Bogor.
Meski demikian Eep menilai tiga bulan pertama kondisi pemerintahan Jokowi-JK berjalan cukup baik walaupun masih terdapat beberapa catatan merah. Dia memberikan penilaian dengan skor akhir 560 dari skala 170-850.
"Terdapat beberapa catatan merah seperti dalam isu pemilihan Kapolri dan pengendalian konflik KPK vs Polri. Selain itu juga penilaian negatif juga diberikan dalam isu penunjukkan anggota Wantimpres dan perampingan birokrasi pemerintahan," papar Direktur Eksekutif Sekolah Demokrasi Indonesia tersebut.
"Di sisi lain ada juga kebijakan yang dinilai positif seperti penegakan hukum di laut, penarikan subsidi bahan bakar minyak, pembentukan satgas anti mafia migas dan reformasi perizinan usaha dan investasi," tegasnya.
Lebih lanjut Eep menyebutkan bahwa informasi yang tidak tepat dari orang-orang di sekitar pemimpin dapat membuat penglihatan pemimpin akan masalah riil menjadi kabur.
"Jokowi memiliki problem serius, dimana ia tidak boleh berorientasi pada kepuasan voters semata, serta memiliki ilusi bahwa ia merasa selalu dicintai orang banyak," pungkasnya.[dem/RMOL]