Pesan Presiden Joko Widodo kepada Walikota Bandung Ridwan Kamil terkait Pilgub DKI:
"Beliau bilang jangan semata-mata mau mengejar sesuatu yang lebih besar, namun yang di depan mata belum terselesaikan dengan baik," kata Ridwan Kamil menyampaikan soal pesan Jokowi, saat konferensi pers di Bandung, Senin (29/2). [Baca: Video Konpres Ridwan Kamil]
Dengan mengutip nasihat ini, secara halus Kang Emil membuka pandora kenaifan praktik kepemimpinan penguasa negeri ini: hilangnya rasa malu buat becermin.
Mungkin Presiden Joko Widodo sendiri lupa bahwa ada seorang pejabat tinggi negara memulai karir pemerintahannya sebagai Wali Kota. Belum menyelesaikan periodenya sebagai Wali Kota, dia malah maju di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta dengan sebuah keyakinan "KELIHATANNYA NGGAK SULIT-SULIT AMAT ATASI MACET DAN BANJIR JAKARTA". (http://ift.tt/KT3Ibw)
Belum dua tahun memimpin Jakarta, dia juga maju di Pemilihan Presiden 2014. Lagi-lagi dengan sebuah keyakinan "Macet dan Banjir Lebih Mudah Diatasi jika Jadi Presiden". (http://ift.tt/1dhMQIj)
Presiden Joko Widodo mungkin lupa bahwa sosok yang belum menyelesaikan amanah dengan baik itu adalah dirinya sendiri.
Begitupula dengan Ahok yang loncat sana sini tak selesaikan amanah:
- 2004 jadi anggota DPRD Beltim selama 1 tahun dari PIB
- 2005 jadi Bupati Beltim selama 15 bulan
- Desember 2006 berhenti dari pos Bupati Beltim, ikut Pilgub Babel dan kalah
- 2009 jadi anggota DPR dari Golkar
- 2012 jadi wakil gubernur DKI Jakarta dari Gerindra
Maka, sekali lagi, penuturan Ridwan Kamil yang mengutip "nasihat bijak" Jokowi membuka pandora kenaifan praktik kepemimpinan penguasa negeri ini: hilangnya rasa malu buat becermin.
"Jangan semata-mata mau mengejar sesuatu yang lebih besar, namun yang di depan mata belum terselesaikan dengan baik" ....