Sudah tidak diragukan lagi bahwa berwudhu adalah salah satu syarat sahnya sholat yang wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang ingin melakukan sholat atau ibadah lainnya. Wudhu juga salah satu perintah Allah SWT yang dijelaskan tata caranya secara global di dalam surat Al-Maidah ayat 6. Bahkan Rosululloh SAW mengatakan bahwa Allah SWT tidak akan menerima sholatnya seseorang yang tidak berwudhu terlebih dahulu.
Ada salah satu masalah dalam wudhu yang menyebabkan para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Misalnya masalah Tertib Didalam Berwudhu. Apakah Tertib Dalam Berwudhu hukumnya wajib atau sunnah. Jika ada yang berwudhu kebolak balik urutannya apakah wudhunya sah atau tidak.
Para ulama’ kita sepakat bahwa disyariatkannya Tertib dalam berwudhu. Namun mereka berselisih pendapat dalam masalah hukum tertib itu sendiri. Sebenarnya perbedaan mereka dalam menentukan hukum tertib dalam wudhu itu hanya disebabkan oleh dua sebab :
Sebab yang pertama karena perbedaan mereka dalam memahami Huruf WAWU yang ada pada surat Al-Maidah ayat 6.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak melakukan shalat maka basuhlah wajahmu dan kedua tanganmu sampai siku-siku, dan usaplah kepalamu, dan basuhlah kedua kakimu sampai dua mata kaki. ( Al-Maidah : 6 )
Apakah huruf WAWU yang terdapat di dalam ayat tersebut mengandung makna tertib ataukah tidak. Karena di dalam kaidah bahasa arab huruf wawu bisa mengandung makna NASAQ dan TERTIB. Dan ini adalah pendapat para An-Nahwiyyun ( ahli nahwu ) dari kalangan ulama kuffah. Adapun ulama basrah tidak menganggap adanya makna NASAQ dan TERTIB pada huruf WAWU tersebut.
Sebab kedua yang menyebabkan perbedaan mereka dalam menentukan hukum tertib adalah karena perbuatan Nabi Muhammad SAW dalam berwudhu. Dalam artian apakah perbuatan wudhu Nabi Muhammad SAW itu mengandung makna wajib ataukah hanya sunnah saja.
Nah, Seperti biasa akan saya paparkan pendapat para ulama pada tiap tiap madzhab mengenai hukum tertib dalam berwudhu. Disini saya akan menyebutkan nama para ulama mu’tabar tiap tiap madzhab plus nama kitab dan ibaroh teks arabnya. Agar kita lebih tau bahwa sebenarnya ulama ini mengatakan ini didalam kitabnya seperti ini. Bukan hanya sangkaan-sangkaan belaka dan katanya katanya saja tanpa mengecek langsung dalam kitab fiqih turots ulama tersebut.
Madzhab Hanafi
Ibnul Humam (w. 681 H) dalam kitab Fathul Qadir mengatakan bahwa tertib di dalam berwudhu hukumnya adalah sunnah.
ومن السنن الترتيب بين المضمضة والاستنشاق، والبداءة من مقدم الرأس ومن رءوس الأصابع في اليدين والرجلين، ووجهه على ما عن بعض المشايخ أنه تعالى جعل المرافق والكعبين غاية الغسل فتكون منتهى الفعل
Dan diantara yang termasuk dalam sunnah wudhu adalah Tertib. Yaitu antara tertib yang dilakukan pada kumur kumur, istinsyaq, memulai dengan mengusap kepala dari depan dan membasuh tangan dan kaki.[1]
Al-Kasani (w. 587 H) dalam kitab Bada’i As-Shonai’ fi Tartibi Asy-Syaroi’ mengatakan bahwa tertib dalam wudhu termasuk salah satu sunnah sunnah wudhu. Dalam masalah ini beliau sependapat dengan Ibnul Humam.
ومنها أي من السنن : الترتيب في الوضوء؛ لأن النبي - صلى الله عليه وسلم - واظب عليه، ومواظبته عليه دليل السنة، وهذا عندنا، وعند الشافعي هو فرض
Dan diantara yang termasuk sunnah wudhu adalah tertib melakukan urutan wudhu. karena nabi sendiri sering berwudhu secara tertib dan urut.ini menunjukkan bahwa hukumnya sunnah menurut kami. Adapun menurut imam Syafiiy tertib termasuk fardhu wudhu.[2]
Madzhab Maliki
Ibnu Abdil Barr (w. 463 H) dalam kitab Al-kafi Fi Fiqhi Ahli Al-Madinah mengatakan secara tegas bahwa tertib dalam berwudhu hukumnya adalah sunnah.
وترتيب الوضوء مسنون، وقيل: مستحب وتحصيل مذهب مالك فيه أنه مسنون لأنه إذا نكس المرء وضوءه وذكر ذلك قبل صلاته لزمه عنده أن يأتي به على الرتبة وكذلك إن ذكره بعد صلاته رتبه لما يستقبل ولم يعد صلاته وهذا حكم السنن وقد كان مالك يوجب الترتيب ثم رجع عنه
Tertib dalam wudhu hukumnya sunnah. Ada yang mengatakan mustahab. Akan tetapi madzhab imam malik mengatakan bahwa hukumnya sunnah. Bahkan imam malik pernah mengtakan bahwa tertib hukumnya wajib, akan tetapi kemudian beliau kembali ke pendapat semula.[3]
Al-Qarafi (w. 684 H) dalam kitab Adz-Dzakhirah juga berpendapat bahwa tertib dalam wudhu hukumnya sunnah.
السنة السادسة في الجواهر الترتيب وهذا قول مالك في العتبية وقال الشيخ أبو إسحاق بوجوبه وقال ابن حبيب باستحبابه
Sunnah wudhu yang ke enam adalah tertib. Dan ini adalah pendapat imam Malik. Dan berkata abu ishaq bahwa tertib hukumnya wajib. adapun ibnu habib mengatakan mustahab.[4]
Madzhab Asy-Syafi’i
Imam An-Nawawi (w. 676 H) dalam kitab Roudhotu At-Tholibiin Wa Umdatu Al-Muftiin mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah fardhu atau wajib.
الفرض السادس: الترتيب: فلو تركه عمدا لم يصح وضوءه
Fardhu wudhu yang ke enam adalah Tertib. Jika seseorang sengaja meninggalkannya maka wudhunya tidak sah.[5]
Dan beliau juga menyebutkan dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al- muhadzdzab bahwa tertib termasuk kewajiban yang harus dilakukan dalam wudhu.
ويجب أن يرتب الوضوء فيغسل وجهه ثم يديه ثم يمسح برأسه ثم يغسل رجليه وحكي أبو العباس ابن القاص قولا آخر انه ان نسى الترتيب جاز والمشهور هو الاول والدليل عليه قوله تعالى (فاغسلوا وجوهكم وأيديكم الي المرافق) الآية فأدخل المسح بين الغسل وقطع حكم النظير عن النظير فدل على أنه قصد ايجاب الترتيب ولانه عبادة يشتمل على أفعال متغايرة يرتبط بعضها ببعض فوجب فيها الترتيب كالصلاة والحج
الشرح هذا الذي نقله ابن القاص قول قديم كذا ذكره في كتابه التلخيص قال إمام الحرمين هذا القول إن صح فهو مرجوع عنه فلا يعد من المذهب قال أصحابنا إن ترك الترتيب عمدا لم يصح وضوءه بلا خلاف
Zakariya Al-Anshari (w. 926 H) penulis kitab Asnal Mathalib Syarh Raudh At-Thalib mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah fardhu atau wajib.
السادس الترتيب في أفعاله لفعله - صلى الله عليه وسلم - المبين للوضوء المأمور به رواه مسلم، وغيره، ولقوله - صلى الله عليه وسلم - في حجته «ابدءوا بما بدأ الله به» رواه النسائي بإسناد صحيح، والعبرة بعموم اللفظ، ولأنه تعالى ذكر ممسوحا بين مغسولات وتفريق المتجانس لا ترتكبه العرب إلا لفائدة، وهي هنا وجوب الترتيب لا ندبه بقرينة الأمر في الخبر
Fardhu wudhu yang ke enam adalah tertib. Karena ada hadits nabi yang mengatakan : mulailah wudhumu sebagaimana Allah memulainya. Dan Allah memasukkan kepala yang diusap diantara dua yang dicuci, dan tidak diketahui faidahnya kecuali dalam rangka tertib berurutan.dan hukum tertib itu wajib bukan sunnah.[6]
Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 974 H) penulis kitab Tuhfatul Muhtaj Fi Syarh Al-Minhaj juga mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah wajib.
السادس: ترتيبه هكذا من تقديم غسل الوجه فاليدين فالرأس فالرجلين لفعله - صلى الله عليه وسلم - المبين للوضوء المأمور به ولقوله في حجة الوداع «ابدءوا بما بدأ الله به» والعبرة بعموم اللفظ؛ ولأن الفصل بين المتجانسين لا بد له من فائدة هي وجوب الترتيب لا ندبه بقرينة الأمر في الخبر
Fardhu wudhu yang ke enam adalah tertib. Yaitu dimulai dengan mendahulukan membasuh wajah, membasuh tangan, kemudian mengusap kepala dan membasuh kaki. Hal ini berdasarkan perbuatan nabi dalam berwudhu. Nabi mengatakan : mulailah wudhumu sebagaimana Allah memulainya.dan karena pemisah antar dua jenis anggota menunjukkan wajibnya tertib. dan tidak diketahui faidahnya kecuali dalam rangka tertib berurutan.dan hukum tertib itu wajib bukan sunnah karenan adanya qorinah perintah.[7]
Madzhab Hanbali
Ibnu Qudamah (w. 620 H) di dalam kitab Al-Mughni mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah wajib.
أن الترتيب في الوضوء على ما في الآية واجب عند أحمد لم أر عنه فيه اختلافا، وهو مذهب الشافعي وأبي ثور وأبي عبيد وحكى أبو الخطاب رواية أخرى عن أحمد أنه غير واجب. وهذا مذهب مالك والثوري وأصحاب الرأي
Sesungguhnya tertib dalam berwudhu itu hukumnya wajib menurut iamam ahmad berdasarkan ayat. Dan saya tidak menemukan perbedaan di dalamnya. Dan ini juga pendapatm dari imam syafii. Dan abu al-khottob meriwayatkan bahwa imam ahmad mengatakan tidak wajib. Ini mirip dengan pendapat imam malik dan tsauri dan ashabu ar-ro’yi.[8]
Al-Mardawi (w. 885 H) juga berpendapat di dalam kitab Al-Inshof bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah wajib.
إحداهما: يجب الترتيب والموالاة بين المضمضة والاستنشاق، وبين سائر الأعضاء على الصحيح من المذهب، وهو إحدى الروايات وقدمه في الفروع، وابن تميم، وهو ظاهر كلام الخرقي
Yang pertama adalah wajibnya tertib dan tidak ada jeda antara kumur kumur dan istinsyaq. dan wajib tertib antara seluruh anggota wudhu menurut pendapat madzhab yang benar.[9]
Ibnu Taimiyah (w. 728 H) berpendapat di dalam kitab Al-Fatwa Al-Kubro bahwa tertib dalam wudhu hukumnya bisa wajib bisa juga mustahab.
والترتيب في الوضوء إما واجب، وإما مستحب مؤكد الاستحباب، فإذا فصل ممسوح بين مغسولين، وقطع النظير عن النظير، دل ذلك على الترتيب المشروع في الوضوء
Adapun tertib dalam berwudhu hukumnya adakalanya wajib dan adakalanya mustahab. Jika memang anggota yang diusap itu dipisah dengan dua anggota yang dibasuh maka ini memberi faidah bahwa disyariatkannya tertib dalam berwudhu.[10]
Jika kita perhatikan dari pemaparan diatas ternyata ulama 4 madzhab terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mengatakan bahwa tertib dalam wudhu itu hukumnya adalah sunnah. Dan ini adalah pendapat dari madzhab Hanafi dan madzhab Maliki. Kemudian kelompok yang kedua mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah wajib. Dan ini adalah pendapat madzhab Syafi’iy dan madzhab Hanbali. Wallohu a'lam.
[1] Ibnul Humam, Fathul Qadir, jilid 1 hal. 36
[2] Al-Kasani, Badai’ As-Shonai’ Fi Tartibi Asy-Syaroi’, jilid 1 hal.21
[3] Ibnu Abdil Barr, Al-Kafi fi Fiqhi Ahli Al-Madinah, jilid 1 hal. 167
[4] Al-Qarafi, Adz-Dzakhiroh, jilid 1 hal. 278
[5] An-Nawawi, Roudhotu At-Tholibiin wa Umdatu Al-Muftiin, jilid 1 hal.55
[6] Zakaria Al-Ansyari, Asnal Mathalib Syarh Raudh At-Thalib, jilid 1 hal. 34
[7] Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Minhaj Al-Qowim, jilid 1 hal. 211
[8] Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 1 hal. 100
[9] Al-Mardawi, Al-Inshof, jilid 1 hal. 132
[10] Ibnu Taimiyah, Al-Fatawa Al-Kubro, jilid 1 hal. 365
Sumber: Kampussyariah/ Muhammad Ajib Assyafi'i
Ada salah satu masalah dalam wudhu yang menyebabkan para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Misalnya masalah Tertib Didalam Berwudhu. Apakah Tertib Dalam Berwudhu hukumnya wajib atau sunnah. Jika ada yang berwudhu kebolak balik urutannya apakah wudhunya sah atau tidak.
Para ulama’ kita sepakat bahwa disyariatkannya Tertib dalam berwudhu. Namun mereka berselisih pendapat dalam masalah hukum tertib itu sendiri. Sebenarnya perbedaan mereka dalam menentukan hukum tertib dalam wudhu itu hanya disebabkan oleh dua sebab :
Sebab yang pertama karena perbedaan mereka dalam memahami Huruf WAWU yang ada pada surat Al-Maidah ayat 6.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak melakukan shalat maka basuhlah wajahmu dan kedua tanganmu sampai siku-siku, dan usaplah kepalamu, dan basuhlah kedua kakimu sampai dua mata kaki. ( Al-Maidah : 6 )
Apakah huruf WAWU yang terdapat di dalam ayat tersebut mengandung makna tertib ataukah tidak. Karena di dalam kaidah bahasa arab huruf wawu bisa mengandung makna NASAQ dan TERTIB. Dan ini adalah pendapat para An-Nahwiyyun ( ahli nahwu ) dari kalangan ulama kuffah. Adapun ulama basrah tidak menganggap adanya makna NASAQ dan TERTIB pada huruf WAWU tersebut.
Sebab kedua yang menyebabkan perbedaan mereka dalam menentukan hukum tertib adalah karena perbuatan Nabi Muhammad SAW dalam berwudhu. Dalam artian apakah perbuatan wudhu Nabi Muhammad SAW itu mengandung makna wajib ataukah hanya sunnah saja.
Nah, Seperti biasa akan saya paparkan pendapat para ulama pada tiap tiap madzhab mengenai hukum tertib dalam berwudhu. Disini saya akan menyebutkan nama para ulama mu’tabar tiap tiap madzhab plus nama kitab dan ibaroh teks arabnya. Agar kita lebih tau bahwa sebenarnya ulama ini mengatakan ini didalam kitabnya seperti ini. Bukan hanya sangkaan-sangkaan belaka dan katanya katanya saja tanpa mengecek langsung dalam kitab fiqih turots ulama tersebut.
Madzhab Hanafi
Ibnul Humam (w. 681 H) dalam kitab Fathul Qadir mengatakan bahwa tertib di dalam berwudhu hukumnya adalah sunnah.
ومن السنن الترتيب بين المضمضة والاستنشاق، والبداءة من مقدم الرأس ومن رءوس الأصابع في اليدين والرجلين، ووجهه على ما عن بعض المشايخ أنه تعالى جعل المرافق والكعبين غاية الغسل فتكون منتهى الفعل
Dan diantara yang termasuk dalam sunnah wudhu adalah Tertib. Yaitu antara tertib yang dilakukan pada kumur kumur, istinsyaq, memulai dengan mengusap kepala dari depan dan membasuh tangan dan kaki.[1]
Al-Kasani (w. 587 H) dalam kitab Bada’i As-Shonai’ fi Tartibi Asy-Syaroi’ mengatakan bahwa tertib dalam wudhu termasuk salah satu sunnah sunnah wudhu. Dalam masalah ini beliau sependapat dengan Ibnul Humam.
ومنها أي من السنن : الترتيب في الوضوء؛ لأن النبي - صلى الله عليه وسلم - واظب عليه، ومواظبته عليه دليل السنة، وهذا عندنا، وعند الشافعي هو فرض
Dan diantara yang termasuk sunnah wudhu adalah tertib melakukan urutan wudhu. karena nabi sendiri sering berwudhu secara tertib dan urut.ini menunjukkan bahwa hukumnya sunnah menurut kami. Adapun menurut imam Syafiiy tertib termasuk fardhu wudhu.[2]
Madzhab Maliki
Ibnu Abdil Barr (w. 463 H) dalam kitab Al-kafi Fi Fiqhi Ahli Al-Madinah mengatakan secara tegas bahwa tertib dalam berwudhu hukumnya adalah sunnah.
وترتيب الوضوء مسنون، وقيل: مستحب وتحصيل مذهب مالك فيه أنه مسنون لأنه إذا نكس المرء وضوءه وذكر ذلك قبل صلاته لزمه عنده أن يأتي به على الرتبة وكذلك إن ذكره بعد صلاته رتبه لما يستقبل ولم يعد صلاته وهذا حكم السنن وقد كان مالك يوجب الترتيب ثم رجع عنه
Tertib dalam wudhu hukumnya sunnah. Ada yang mengatakan mustahab. Akan tetapi madzhab imam malik mengatakan bahwa hukumnya sunnah. Bahkan imam malik pernah mengtakan bahwa tertib hukumnya wajib, akan tetapi kemudian beliau kembali ke pendapat semula.[3]
Al-Qarafi (w. 684 H) dalam kitab Adz-Dzakhirah juga berpendapat bahwa tertib dalam wudhu hukumnya sunnah.
السنة السادسة في الجواهر الترتيب وهذا قول مالك في العتبية وقال الشيخ أبو إسحاق بوجوبه وقال ابن حبيب باستحبابه
Sunnah wudhu yang ke enam adalah tertib. Dan ini adalah pendapat imam Malik. Dan berkata abu ishaq bahwa tertib hukumnya wajib. adapun ibnu habib mengatakan mustahab.[4]
Madzhab Asy-Syafi’i
Imam An-Nawawi (w. 676 H) dalam kitab Roudhotu At-Tholibiin Wa Umdatu Al-Muftiin mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah fardhu atau wajib.
الفرض السادس: الترتيب: فلو تركه عمدا لم يصح وضوءه
Fardhu wudhu yang ke enam adalah Tertib. Jika seseorang sengaja meninggalkannya maka wudhunya tidak sah.[5]
Dan beliau juga menyebutkan dalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al- muhadzdzab bahwa tertib termasuk kewajiban yang harus dilakukan dalam wudhu.
ويجب أن يرتب الوضوء فيغسل وجهه ثم يديه ثم يمسح برأسه ثم يغسل رجليه وحكي أبو العباس ابن القاص قولا آخر انه ان نسى الترتيب جاز والمشهور هو الاول والدليل عليه قوله تعالى (فاغسلوا وجوهكم وأيديكم الي المرافق) الآية فأدخل المسح بين الغسل وقطع حكم النظير عن النظير فدل على أنه قصد ايجاب الترتيب ولانه عبادة يشتمل على أفعال متغايرة يرتبط بعضها ببعض فوجب فيها الترتيب كالصلاة والحج
الشرح هذا الذي نقله ابن القاص قول قديم كذا ذكره في كتابه التلخيص قال إمام الحرمين هذا القول إن صح فهو مرجوع عنه فلا يعد من المذهب قال أصحابنا إن ترك الترتيب عمدا لم يصح وضوءه بلا خلاف
Zakariya Al-Anshari (w. 926 H) penulis kitab Asnal Mathalib Syarh Raudh At-Thalib mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah fardhu atau wajib.
السادس الترتيب في أفعاله لفعله - صلى الله عليه وسلم - المبين للوضوء المأمور به رواه مسلم، وغيره، ولقوله - صلى الله عليه وسلم - في حجته «ابدءوا بما بدأ الله به» رواه النسائي بإسناد صحيح، والعبرة بعموم اللفظ، ولأنه تعالى ذكر ممسوحا بين مغسولات وتفريق المتجانس لا ترتكبه العرب إلا لفائدة، وهي هنا وجوب الترتيب لا ندبه بقرينة الأمر في الخبر
Fardhu wudhu yang ke enam adalah tertib. Karena ada hadits nabi yang mengatakan : mulailah wudhumu sebagaimana Allah memulainya. Dan Allah memasukkan kepala yang diusap diantara dua yang dicuci, dan tidak diketahui faidahnya kecuali dalam rangka tertib berurutan.dan hukum tertib itu wajib bukan sunnah.[6]
Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 974 H) penulis kitab Tuhfatul Muhtaj Fi Syarh Al-Minhaj juga mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah wajib.
السادس: ترتيبه هكذا من تقديم غسل الوجه فاليدين فالرأس فالرجلين لفعله - صلى الله عليه وسلم - المبين للوضوء المأمور به ولقوله في حجة الوداع «ابدءوا بما بدأ الله به» والعبرة بعموم اللفظ؛ ولأن الفصل بين المتجانسين لا بد له من فائدة هي وجوب الترتيب لا ندبه بقرينة الأمر في الخبر
Fardhu wudhu yang ke enam adalah tertib. Yaitu dimulai dengan mendahulukan membasuh wajah, membasuh tangan, kemudian mengusap kepala dan membasuh kaki. Hal ini berdasarkan perbuatan nabi dalam berwudhu. Nabi mengatakan : mulailah wudhumu sebagaimana Allah memulainya.dan karena pemisah antar dua jenis anggota menunjukkan wajibnya tertib. dan tidak diketahui faidahnya kecuali dalam rangka tertib berurutan.dan hukum tertib itu wajib bukan sunnah karenan adanya qorinah perintah.[7]
Madzhab Hanbali
Ibnu Qudamah (w. 620 H) di dalam kitab Al-Mughni mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah wajib.
أن الترتيب في الوضوء على ما في الآية واجب عند أحمد لم أر عنه فيه اختلافا، وهو مذهب الشافعي وأبي ثور وأبي عبيد وحكى أبو الخطاب رواية أخرى عن أحمد أنه غير واجب. وهذا مذهب مالك والثوري وأصحاب الرأي
Sesungguhnya tertib dalam berwudhu itu hukumnya wajib menurut iamam ahmad berdasarkan ayat. Dan saya tidak menemukan perbedaan di dalamnya. Dan ini juga pendapatm dari imam syafii. Dan abu al-khottob meriwayatkan bahwa imam ahmad mengatakan tidak wajib. Ini mirip dengan pendapat imam malik dan tsauri dan ashabu ar-ro’yi.[8]
Al-Mardawi (w. 885 H) juga berpendapat di dalam kitab Al-Inshof bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah wajib.
إحداهما: يجب الترتيب والموالاة بين المضمضة والاستنشاق، وبين سائر الأعضاء على الصحيح من المذهب، وهو إحدى الروايات وقدمه في الفروع، وابن تميم، وهو ظاهر كلام الخرقي
Yang pertama adalah wajibnya tertib dan tidak ada jeda antara kumur kumur dan istinsyaq. dan wajib tertib antara seluruh anggota wudhu menurut pendapat madzhab yang benar.[9]
Ibnu Taimiyah (w. 728 H) berpendapat di dalam kitab Al-Fatwa Al-Kubro bahwa tertib dalam wudhu hukumnya bisa wajib bisa juga mustahab.
والترتيب في الوضوء إما واجب، وإما مستحب مؤكد الاستحباب، فإذا فصل ممسوح بين مغسولين، وقطع النظير عن النظير، دل ذلك على الترتيب المشروع في الوضوء
Adapun tertib dalam berwudhu hukumnya adakalanya wajib dan adakalanya mustahab. Jika memang anggota yang diusap itu dipisah dengan dua anggota yang dibasuh maka ini memberi faidah bahwa disyariatkannya tertib dalam berwudhu.[10]
Jika kita perhatikan dari pemaparan diatas ternyata ulama 4 madzhab terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mengatakan bahwa tertib dalam wudhu itu hukumnya adalah sunnah. Dan ini adalah pendapat dari madzhab Hanafi dan madzhab Maliki. Kemudian kelompok yang kedua mengatakan bahwa tertib dalam wudhu hukumnya adalah wajib. Dan ini adalah pendapat madzhab Syafi’iy dan madzhab Hanbali. Wallohu a'lam.
[1] Ibnul Humam, Fathul Qadir, jilid 1 hal. 36
[2] Al-Kasani, Badai’ As-Shonai’ Fi Tartibi Asy-Syaroi’, jilid 1 hal.21
[3] Ibnu Abdil Barr, Al-Kafi fi Fiqhi Ahli Al-Madinah, jilid 1 hal. 167
[4] Al-Qarafi, Adz-Dzakhiroh, jilid 1 hal. 278
[5] An-Nawawi, Roudhotu At-Tholibiin wa Umdatu Al-Muftiin, jilid 1 hal.55
[6] Zakaria Al-Ansyari, Asnal Mathalib Syarh Raudh At-Thalib, jilid 1 hal. 34
[7] Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Minhaj Al-Qowim, jilid 1 hal. 211
[8] Ibnu Qudamah, Al-Mughni, jilid 1 hal. 100
[9] Al-Mardawi, Al-Inshof, jilid 1 hal. 132
[10] Ibnu Taimiyah, Al-Fatawa Al-Kubro, jilid 1 hal. 365
Sumber: Kampussyariah/ Muhammad Ajib Assyafi'i