Sejak dinyanyikannya al-Qur'an dengan langgam Jawa beberapa waktu yang lalu di istana negara, istilah ISLAM NUSANTARA menjadi bahan kampanye kaum JILers dalam mereduksi nilai-nilai Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW.
Padahal Islam itu sudah paripurna, jelas dan hanya satu. Tidak ada embel-embel lain. Tidak ada itu islam nusantara. Yang ada adalah kaum muslim yang tinggal di nusantara. Bisa lah kita sebut sebagai muslim nusantara. Bukan Islam nusantara!
Setelah istilah ISLAM LIBERAL tidak mendapat tempat di masyarakat muslim yang cerdas, mereka ingin mengelabui lagi dengan istilah islam nusantara ini. Mereka juga sempat meramaikannya di twitter dengan tagar #AyoMondok untuk menguatkan argumennya seperti apa itu islam nusantara beberapa waktu yang lalu.
Bahkan Said Aqil Siradj, Rois Am PBNU, juga ikut meresmikan sebuah jurusan baru, tentang kajian Islam nusantara di sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur beberapa waktu yang lalu.
Sampai disitu, sebenarnya masyarakat masih belum terlalu concern pada ulah kaum JIL dalam menebar istilah yang ngawur ini. Sampai akhirnya, Presiden Joko Widodo itu menyebut dan mengampanyekan nama Islam nusantara di sebuah acara, di tengah-tengah kaum nahdhiyin. Kegaduhan baru pun dibuatnya lagi.
(Feri Susanto)