Penulis: Dwi Estiningsih
Psikolog, tinggal di Jogja
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, hari ini (Senin, 4/4/2016) akhirnya Allah mempertemukan saya dengan Bu Fida, panggilan akrab Ibu Suratmi, istri almarhum Siyono.
“Maaf ya Bu Esti, pas silaturahim kemarin saya tidak berada di rumah.” Katanya sambil memeluk saya erat seakan kami saudara yg sangat dekat.
Bu Fida sangat bersyukur akhirnya autopsi terlaksana dengan lancar dan warga sekampung mendukung proses autopsi tersebut.
Warga ikut menyiapkan tenda-tenda dan perlengkapan lain di area pemakaman.
Ya... Warga mendukung autopsi!
Terimakasih utk keluarga besar Persyarikatan Muhammadiyah atas dukungannya.
***
“Suami saya adalah orang yg sangat baik, suka menolong, pantang menyerah, dan sangat murah hati. Dia sering dimintai tolong warga dalam banyak hal, misal: mengajarkan dan memandu penyembelihan hewan kurban, biasanya 3 hari berturut-turut alm. Siyono berkeliling membantu pelaksanaan Idul Adha di kampung-kampung"
“Saya sangat berterimakasih pada seluruh umat Islam yang sudah mendukung penegakan keadilan dalam kasus suami saya". kata Bu Fida
"Keikhlasan kami sekeluarga dan kemantapan hati saya karena suatu saat kebenaran akan terungkap.” lanjutnya.
Curahan hati -Bu Fida- Hafidzah Al Qur’an lulusan salah satu pondok pesantren di Jawa Timur ini sungguh luar biasa!
Alhamdulillah, perasaan saya lega sekali mendengar penuturan Bu Fida
***
Ketegaran seorang Ibu dalam menghadapi ujian sangat mempengaruhi kondisi psikologis anak-anaknya.
#Psikologi
Saya amati kelima anak alm. Siyono dalam kondisi stabil meski terlihat anak keempat, Ibrahim sangat merindukan ayahnya.
Ibrahim yg paling dekat dgn ayahnya. Ia belum sekolah & seringkali mengikuti kemanapun ayahnya pergi, bahkan sering ikut ke sawah.
***
Satu hal yg masih menjadi pemikiran Bu Fida adl pengalaman traumatis siswa TK Amanah Ummah pada saat kedatangan pasukan densus.
Ya... Pengalaman traumatis siswa TK Amanah Ummah pada saat kedatangan 10 mobil pasukan densus berseragam dan bersenjata lengkap!
***
Pada saat kedatangan densus, Bu Fida sedang menjemput anaknya sekolah. Banyak saksi; keluarga, tetangga, dan wali murid yg bercerita...
... saat itu tiba-tiba datang gemuruh mobil-mobil memasuki kampung, ...
... kemudian turun pasukan bersenjata yg langsung menyerbu rumah alm Siyono yg saat itu sedang dipakai proses kegiatan belajar mengajar TK
Puluhan bahkan ratusan pasukan anti teror tanpa ba-bi-bu langsung memasuki rumah
Para wali murid yg sedang menunggui anak-anaknya berteriak panik tak alang kepalang mencari anaknya masing-masing.
Pasukan densus tidak mempedulikan keberadaan siswa TK, seakan mata mereka tidak melihat ada banyak anak-anak tak berdosa disana.
Bak datangnya bencana yg tiba-tiba, pasukan densus tetap saja menggeledah rumah dan masuk ke kamar-kamar.
Manusia-manusia macam apa ini!
Orangtua wali TK panik & ketakutan.
Anda bisa bayangkan bagaimana anak-anaknya?
Ketakutan amat sangat yg kitapun sulit utk membayangkannya!
***
Terbukti!!! Hampir semua murid TK Amanah Ummah mengalami trauma.
Anak-anak TK ini masih ketakutan berada di rumah alm Siyono sehingga proses KBM dipindahkan di serambi masjid desa tetangga.
Beberapa anak TK Amanah Ummah bahkan masih mengalami trauma berat dua pekan setelah kejadian.
#TraumaDensus
Ada seorang anak yg meringkuk di bawah meja dan terkencing-kencing saat terdengar suara mobil mendekat.
Anak-anak yg lain ketakutan ketika ada orang asing datang.
Bahkan ada yg menaiki sepedanya sekencang mungkin, pulang ke rumah, & meringkuk di tempat tidur ketika wartawan TV datang.
Saya bicara tentang anak TK lho, anak usia 4-6 tahun...
Bayangkan anak 4-6 thn... Ngebut naik sepeda sejauh 500 meter karena ada sekelompok orang (wartawan TV) datang dengan 2 mobil.
***
Saya bicara masalah serius, trauma pada anak, bukan masalah sepele!
Trauma pada anak, efek yang muncul bukan hanya jangka pendek, ada pula efek jangka panjang.
Trauma pada anak yang berlarut-larut akan menyebabkan gangguan mental bahkan gangguan kepribadian di kemudian hari.
#Psikologi
Astaghfirullah...
***
Keluarga alm. #Siyono menyampaikan bahwa saat ini belum ada pernyataan permintaan maaf dari pihak kepolisian. Bahkan belum ada satupun dari aparat pemerintahan yang peduli pada trauma anak-anak ini.
Tidak heran orangtua wali murid TK Amanah Ummah tidak terima dengan perlakuan aparat hingga menyebabkan anak-anaknya trauma.
“Saya akan menuntut.” Demikian pernyataan para wali murid yang sedang galau.
“Saya tidak terima, anak saya tadinya ceria & mandiri, menjadi mudah ketakutan & selalu minta ditemani!” keluh wali siswa.
... Kita harus berempati, berat sekali yg dirasakan para orangtua wali siswa tersebut.
***
Ada seorang wartawan media bertanya, ”apa bu esti akan melakukan pendampingan psikologis hingga tuntas?”
Dalam hati saya berkata: Selama anak-anak TK itu belum ditangani, bagaimana mungkin saya hanya berdiam diri.”
“Bu Esti tetaplah berjuang, Allah yg akan menjaga ibu sekeluarga.” Demikian Bu Fida berharap sambil memegang erat tangan saya.
-bersambung-