Run.. Jokowi.. Run..











Jokowi terus dan terus berlari.. - Foto : Ist.



Di dunia maya, beredar sebuah meme (karikatur canda) yang menggambarkan Jokowi sedang berlari. Foto itu diambil saat Jokowi berkampanye sebagai calon gubernur DKI Jakarta.



Meme tersebut terasa menohok, sebab dalam kenyataannya, Jokowi memang sedang berusaha berlari, atau tepatnya melarikan diri dari berbagai persoalan yang kini membelitnya sebagai seorang kepala negara.



Upaya melarikan diri itu sebenarnya kerap dilakukan Jokowi dengan istilah yang sempat menjadi Trending Topic Twitter selama berhari-hari, #BukanUrusanSaya. Namun kali ini, karena kasusnya sangat serius, maka upaya Jokowi melarikan diri, juga harus lebih ekstrem.



Maka, Jokowi pun mengupayakan sebuah audiensi dengan Prabowo dan Habibie. Pertemuan Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di Istana Bogor kemarin, menyisahkan kesan - cara bermanuver dalam politik yang terlalu mudah dibaca. Pertemuan yang digelar secara terbuka itu dan berlangsung relatif singkat, sesungguhnya tak menghasilkan sebuah kesepakatan yang jelas, kecuali sebuah kosmetik politik.



Melalui audiensi itu, Jokowi berusaha berlari sembari melakukan perang urat syaraf (psywar) ke arah Ketua Umum PDI P Megawati Soekarnoputri. Dia juga tengah melakukan "test the water" ingin melihat apa reaksi publik atas keputusannya menggelar pertemuan dengan Prabowo di Bogor yang jauh dari hiruk pikuk politik ibukota.



Seolah-olah Jokowi sedang mengirim pesan ke Bunda Megawati, kalau Ketum PDI P itu mau mendiktenya, ia bisa lari dan minta bantuan perlindungan ke Partai Gerindra.



Jika Megawati terus memaksakan kehendaknya agar Irjen Budi Gunawan dilantiknya menjadi Kapolri, sementara hal itu bukan kehendaknya selaku Presiden, Jokowi sudah siap dengan bala bantuan dari Prabowo Subianto dan KMP yang nota bene musuh politik Megawati Soekarnoputri saat ini.



Tetapi kalau benar bahwa itu yang menjadi tujuan Jokowi - maka benarlah kesimpulan sementara oleh politisi PDI P Efendi Simbolon, bahwa Jokowi memang seorang Presiden Prematur.



Demikian prematurnya, termasuk caranya bermanuver. Sehingga langkah yang dimaksudkan untuk memperkuat posisi politiknya, alih-alih bisa menuai simpati dari kalangan oposisi, malah bisa membuat Jokowi terjerembab sendiri ke dalam lobang - akibat tak satupun kekuatan politik yang benar-benar mendukungnya.



Kegalauan Jokowi makin tercermin dari inisiatifnya membentuk Tim Independen yang mengatasi kisruh KPK- Poliri. Tim ini tidak mendapat dukungan luas dari semua kalangan. Salah satunya Sutanto, yang mantan Kapolri. Sutanto tidak bersedia. Sementara Syafei Maarif, tokoh Muhammadiyah yang menolak dijadikan anggota Dewan Pertimbangan Presiden, malah berkomentar "Jokowi sudah siuman"..



Pembentukan tim ini membuat Dewan Pertimbangan Presiden yang keanggotaannya baru dibentuk kurang dari sebulan, seperti tak ada gunanya. Mengapa bukan lembaga ini yang dimintai pertimbangan - baik untuk mengatasi kisruh KPK - Polri, maupun pertemuan dengan Prabowo?





Kini setelah bola api semakin membesar, kemana lagi Jokowi akan berlari? [mdr/fs]




Subscribe to receive free email updates: