Jokowi dan Kemustahilan Kemerdekaan Palestina


By: Nandang Burhanudin

60 tahun KAA diperingati ulang. Fakta, Palestina satu-satunya negara yang justru tidak merdeka. Negara-negara baru bermunculan hanya dalam hitungan minggu dan bulan. Tidak demikian dengan Palestina. Namun mereka pun sangat berduka. Melihat Indonesia yang gagah itu kini tergopoh payah. Tanah, air, udara, laut diinjak-injak Malaysia, China, Amerika. Lacurnya, Indonesia dipimpin sosok yang pembawa kehancuran bagi Indonesia sendiri. Demikian perkataan JK, sebelum Pilpres berlangsung tahun lalu.

Demikian dengan negara-negara Asia dan Afrika lainnya. Usai perang 1967 dan isolasi dunia Arab plus Asia, Israel menghujamkan kaki dan melebarkan sayap dengan menguasai negara-negara Afrika yang masih terbelakang. Empat dekade kemudian, negara-negara Afrika "tunduk" dan menjadi supplier logistik bagi Israel, melupakan penjajahan terhadap Palestina.

Asia pun sama. Israel sukses mengobok-obok negara-negara Asia yang menjadi tetangga Palestina. Mesir ditundukkan. Jordania dimandulkan. Syiria, Libanon, Irak, disibukkan dengan perang saudara. Kini Saudi, Yaman, Bahrain, Iran berhadapan dalam perang tak berkesudahan. Masalah Palestina tidak lagi menjadi perhatian bersama, jika tidak disebut masuk kotak.

Ironisnya, Palestina pun kini tak lagi utuh. PLO yang dikomandoi Yasser Arafat kemudian Mahmoud Abbas, Presiden saat ini. Mengubah haluan perjuangan, dari perlawanan bersenjata dengan perjanjian semu. Tanah Palestina yang tersisa 22 % akibat perjanjian Oslo tahun 1994, kini pun hanya tersisa kurang dari 6 % saja. Mahmoud Abbas menjual Palestina demi kepentingan kekuasaan dan kemudahan fasilitas dari Israel. Sementara HAMAS yang konsisten melawan dengan senjata, malah diposisikan teroris.

“Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!”, atau “Go to hell with your aid” yang ditujukan kepada Amerika.

“Malaysia kita ganyang. Hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu”

Cuplikan keberanian Soekarno yang tercatat apik dalam sejarah bangsa Indonesia tidak akan kita temukan kembali. Bung Karno tampil menjadi oase dan harapan masyarakat dunia ketiga. Indonesia pun tampil gagah, menjadi negara -jika bukan satu-satunya- yang preambule Konstitusinya sangat anti penjajahan.

Keberanian Soekarno bukan tanpa alasan. Waktu itu, Indonesia memiliki peralatan tempur dominan. Konon kabarnya, Indonesia memiliki lebih dari 22 kapal selam, tiga ratusan lebih pesawat tempur, prajurit dan sukarelawan yang unggul. Namun kini, Indonesia sudah menjadi budak "Bikini Party", "minuman keras", Narkoba, pesta seks, maniak goyang, mabuk-mabukan. Maka wajar, jangankan menyetrika Amerika, melinggis Inggris, mengganyang Malaysia. Sekedar bertahan hidup pun tak bisa.

Jadi saya berani pasang badan, jika Jokowi berani berbuat nyata untuk kemerdekaan Palestina!



Subscribe to receive free email updates: