Dalam kemacetan jalan... Kita melihat kampanye yang deras... Dari Yg menolak hukuman mati..
Orang2 hebat bermunculan dan para pejuang HAM seperti kembali mendapat panggung..
Seolah kita kembali menjadi pelanggar HAM dan layak diadili di panggung global..
Apakah kita dianggap tidak menghargai nyawa manusia?
Apakah kita dituduh melangkahi hak prerogatif Tuhan?
Atau apakah kita dituduh menjadi bangsa biadab?
Menjadi keyakinan saya sejak awal bahwa memang nyawa bukan hak kita manusia..
Tidak selayaknya manusia diberi kemudahan membunuh kecuali karena membunuh...
Dan nyawa dibayar nyawa...
Dan sepertinya inilah prinsip dalam hukum yang benar.
Dan Indonesia sebagai negara berdaulat membuat hukum tentang nyawa
Hukum kami menganggap bahwa kejahatan narkotika adalah kejahatan terhadap nyawa...
Dan karenanya mereka yang terlibat sebagai inti kejahatan ini layak dihukum mati.
Saya sendiri pernah merumuskan dalam satu simposium narkotika.
Kita bagi 3 aja kategori keterlibatan. Produsen, distiributor dan konsumen.
Jangan ada yang dipenjara...produsen dan distributor hukum mati.
Konsumen atau pemakai suruh berobat dengan biaya sendiri.
Dengan demikian kita tak perlu bui sebab memenjara mereka sama dengan membangun industri narkotika.
Saya mengunjungi puluhan penjara di Indonesia dan fakta itu banyak.
Lalu kenapa kita disudutkan hanya karena ingin melaksanakan hukum kita?
Saya sampai pada kesimpulan tentang sebetulnya ini tentang #NyawaSiapa
Kepada #NyawaSiapa hukum itu diberlakukan? Ini peduli mereka..
Orang2 munafik dalam tatanan dunia baru punya nalar yang lentur.
Bagi mereka kepentingan dulu, nalar kemudian.
Kalau "nyawa orang Indonesia" yang dianggap murah tak berharga, mereka diam seribu kata
Kalau "nyawa orang philipina atau warga negara bangsa Eropa", mereka marah.
Tiba2 PBB ikut bersuara untuk nyawa warga dunia kelas pertama.
Kata mereka narkotika bukan kejahatan luar biasa.
Dan citra kita dihancurkan seolah kita bangsa tanpa harga.
Sementara pembunuhan di depan mata, PBB diam seribu bahasa.
Di Mesir, seorang tiran menghukum mati jurnalis, aktifis dan politisi yang berbeda pendapat.
Untuk kepentingan para penguasa Tata dunia baru PBB tidak berkata apa.
Jadi wajar jika Presiden Indonesia mengusulkan perombakan tata dunia.
Karena dunia tidak bersikap adil kepada nyawa...
Pembantaian dan pembunuhan masal menjadi statistik jika menyangkut "nyawa kita".
Tapi kriminalitas atas "nyawa mereka" bisa jadi kejahatan luar biasa dan berkabung bermasa-masa.
Kapankah keadilan datang untuk "nyawa manusia"?
Wallahualam semoga Allah menolong Indonesia.
Kali ini kita lah yang mendidik mereka tentang peri kemanusiaan yang adil dan beradab.
Seperti ajaran Pancasila kita.
*dari twit @Fahrihamzah (27/4/2015)