Dengan berurai air mata Junita (38) warga Kuala Cangkoi, memeluk Muhammad Alie dan Muhammad Ilyas, dua remaja belia pengungsi Rohingya, usai tiba di halaman gedung Badan Latihan Kerja (BLK) di Blang Adoe, yang menjadi tempat sementara para pengungsi Rohingya dari Kuala Cangkoi.
Pelukan dari seorang ibu kepada dua remaja asal Rohingya ini begitu erat, seolah dua orang remaja asal Rohingya ini anak kandungnya, yang tak mau berpisah.
“Saya nangis karena sedih. Mereka meninggalkan saya di Kuala Cangkoi, saya sudah sayang dengan mereka. Setiap hari makan dan mencuci pakaian dengan kami, pokoknya saya perlakukan mereka seperti anak sendiri,” tutur Junita, yang mempunyai warung kantin di sekitar Kuala Cangkoi.
Junita bersama keluarga dan puluhan orang dari Kuala Cangkoi, ikut mengantar rombongan pengungsi Rohingya.
“Alie malah nyuruh saya buka kantin di sini. Saya bilang ma dia gak bisa, di sini (Blang Adoe) sudah ada kantin,” sambil terus menatap dua remaja Rohingya tersebut.
Junita merasa sangat sedih dengan dipindahkannnya (relokasi) para pengungsi Rohingya Blang Adoe.
“Saya inginnya mereka tetap tinggal di Kuala Cangkoi saja, gak usah dipindah,” pintanya.
Namun Junita ikhlas melepas ‘anak angkatnya’, kalau kepindahan itu baik untuk kelangsungan masa depan para pengungsi Rohingya.
“Disini sudah disediakan shelter dan lahan untuk menanam, kami doakan masyarakat disini (Blang Adoe) baik terhadap pengungsi,” tuturnya.
Foto: Junita (38) warga Kuala Cangkoi, memeluk Muhammad Alie dan Muhammad Ilyas, dua remaja belia pengungsi Rohingya.
Sumber: atjehcyber.net