Tiga pimpinan DPR: Setya Novanto, Fadli Zon dan Fahri Hamzah memberi ponten 100 hari Jokowi-JK. Hasilnya, kinerja Jokowi dinilai cukup menghibur, meski nilai rapornya lebih banyak merah ketimbang biru.
Menurut Fadli Zon, yang menghibur dari Jokowi antara lain keberaniannya membakar kapal asing yang ketangkap mencuri ikan di perairan Indonesia. Juga, kebijakan mengeksekusi sejumlah terpidana mati kasus narkoba.
"Rakyat mendukung dua kebijakan ini. Tapi di bidang ekonomi, kehidupan rakyat di bawah makin sulit akibat naiknya harga gas, listrik, sembako dan lain-lain," tegas Fadli Zon yang menjabat sebagai Wakil Ketua DPR di Jakarta, Kamis, 29 Januari 2015.
Karena itu, secara keseluruhan politisi Gerindra ini menilai rapor Jokowi lebih banyak merah ketimbang birunya. Apalagi, Fadli Zon mengaku belum melihat tanda-tanda Jokowi mampu bisa merealisasikan janji-janjinya pada waktu kampanye pilpres yang lalu.
Padahal, 100 hari pertama pemerintahan ini menjadi barometer sukses tidaknya suatu pemerintahan.
"Kita nggak tahu kenapa begitu? Roadmapnya tidak jelas sehingga kita tidak tahu ke mana arah pembangunan bangsa ini ke depan," katanya.
Sementara itu Fahri Hamzah menilai, kekecewaan banyak pihak terhadap kinerja 100 hari Jokowi bisa jadi karena terlalu tingginya ekspektasi publik terhadap figur presiden ke-7 ini. Agar tidak makin mengecewakan rakyat, Wakil Ketua DPR dari PKS ini menyarankan Jokowi segera mengevaluasi kabinet dan orang-orang di sekelilingnya.
"Menteri yang dipilih dan ring satu di sekitar Jokowi harusnya merupakan orang-orang yang paling hebat, leader di bidangnya. Kalau tidak ya seperti sekarang, banyak menteri yang baru belajar saat diberi jabatan," jelas Fahri.
Ketua DPR Setya Novanto mengaku susah menilai 100 hari pemerintahan Jokowi-JK. Namun dia melihat Jokowi sudah melakukan sejumlah langkah yang positif.
Misalnya, lakukan penghematan anggaran, lakukan perbaikan di sektor pertanian, terutama menjamin ketersediaan pupuk untuk petani.
"Kita perlu beri kesempatan dulu untuk lakukan perbaikan," kata Novanto.
Novanto menuturkan, di luar negeri, nama Jokowi cukup populer. Dia dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, sederhana, dan sering blusukan ke daerah untuk mendengarkan aspirasi masyarakat.
Contohnya ketika terjadi kecelakaan Airasia. Orang luar negeri memuji bangsa Indonesia, terutama para pemimpinnya yang turun langsung ke lokasi kejadian dan akhirnya berhasil menemukan reruntuhan pesawat dengan cepat.
"Saya tahu itu karena saat kejadian itu, saya sedang kunjungan ke luar negeri. Mereka yang melihat berita ini di CNN memuji kegigihan para pemimpin Indonesia. Itu kesan saya," kata Novanto.
Terpisah, Jubir PDIP, Eva Kusuma Sundari membela Jokowi. Ia mengatakan, Jokowi telah memberesi permasalahan struktural presiden sebelumnya. Misalnya, mencabut subsidi BBM dan dananya digunakan untuk penguatan sektor pertanian.
Jokowi juga memberesi illegal fishing yang menguras kekayaan laut dengan menggelamkan kapal-kapal asing pencuri ikan di perairan Indonesia.
Eva berharap, prestasi pemerintahan jangan dilihat dari heboh terkait kepentingan elit seperti konflik antara KPK dengan Polri.
"Itu levelnya elite. Jokowi sudah lakukan revolusi, yakni kerja keras tanpa harus banyak bicara serta penghematan anggaran. Itu yang dilakukan Jokowi dalam 3 bulan pemerintahan. Saya berharap isu elite jangan dijadikan ukuran," pinta Eva. [rmol]