Oleh: H. Rosidi Semail*
(Penulis tinggai di Malaysia)
MALAYSIA tiba-tiba dikejutkan dengan lawatan pendakwah Islam terkenal dari benua India, Dr Zakir Naik. Diundang kerajaan negeri bagian Terengganu (13 April 2016) untuk berceramah di negeri itu, 30.000 khalayak hadir mendengar ceramah beliau di Kuala Terengganu.
Rakyat Malaysia termasuk menteri bagaikan terkejut dengan sambutan luar biasa. Pro dan kontra pun meletus. Umat Islam rata-rata menyambut baik program ceramah, kecuali beberapa individu dan NGO mempersoalkan, alasan mereka Dr Zakir Naik Wahabi. Namun akhirnya suara kritikan lenyap ditelan gelombang massa yang mahukan Dr Zakir Naik meneruskan seri makalahnya.
Bantahan dari LSM non Muslim seperti gerakan Hak Asasi Manusia Hindu, Hindraf Makkal Sakthi, juga Wakil Ketua Menteri II Pulau Pinang (DAP), Dr P Ramasamy amat keras dan sombong. Ramasamy bahkan memberi gelar “satan” (syaitan) kepada penceramah terkenal dunia itu.
Melihat suara umat Islam semakin keras, akhirnya Ramasamy menarik balik kata “satan” dan memohon maaf. Beberapa laporan polisi (untuk tujuan menghalang ceramah) dibuat ke atasnya karena dituduh menghina agama lain. “Apakah dengan mengatakan Allah itu satu, tidak menpunyai anak, saya menghina agama lain?” Dr Zakir menantang pengkritiknya “Jika Anda tak setuju dengan kata-kata itu Anda perlu tanya al-Quran karena al-Quran mengatakan Allah Subhanahu Wata’ala tidak mempunyai anak. Bukan saya.”
Dr Zakir Naik sedikit pun tidak khawatir dengan berbagai protes yang dilakukan. Sebagai pendakwah, hal seperti itu perkara biasa. Sebaliknya dengan protes itu namanya justru lebih terkenal. Selama ini kelompok intelektual saja meminati ceramahnya, bahkan orang kampung bertanya-tanya “Siapa Dr Zakir Naik?” Akhirnya mereka datang beramai-ramai mengikuti ceramah.
“Saya berterima kasih kepada Hindraf karena memberi publikasi gratis kepada saya. Sekarang, semakin banyak yang datang mendengar ceramah saya,” ujar Dr Zakir.
Judul ceramah yang menimbulkan kontroversi di Malaysia kala itu adalah “Persamaan Antara Hindusme dan Islam” yang akhirnya diganti lebih sesuai dengan budaya Malaysia atas nasihat menteri dan persetujuan pihak aparat keamanan.
Anehnya, gerakan hak asasi manusia Malaysia yang selama ini memperjuangkan kebebasan bersuara individu atau orang banyak dalam kasus Dr Zakir Naik mereka sebaliknya menentang. Walhasil Kebebasan berekspresi itu mencakup juga hal-hal yang tak disetujui.
Selain berceramah di Kuala Terengganu, Kemanan, Besut, Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM) dan Stadium Hoki Nasional Bukit Jalil, belum ada negeri bagian lain mengundang Dr Zakir untuk berceramah, kecuali Perlis melalui Muftinya Dr Mohd Asri Zainul Abidin mengajak, jika Melaka menolaknya. Kerajaan Kelantan menyatakan berhasrat membawa Dr Zakir ke Negeri yang dijuliki ‘Serambi Makkah’ nya Malaysia itu.
Ketika berceramah di Kemaman. Woo Nina Grace, 19, seorang pelajar wanita keturunan Filipina/China diislamkan Dr Zakir Naik tengah malam di penghujung ceramah.
Mengakui telah lama ingin memeluk Islam, jawaban Zakir membuatkannya lebih yakin bahwa Islam sebuah agama yang suci. Akhirnya gadis itu besyahadat di hadapan khalayak ramai.
Woo Nina Grace kemudian menjadi anak angkat Kerajaan Trengganu. Di Besut, kurang lebih .,000 warga setempat hadir mendengar ceramah yang berlangsung di perkarangan Sekolah Menengah Imtiaz dengan tajuk syarahan `Adakah Allah Wujud’.
“Adakah Al-Quran Kata-Kata Allah?” demikian tema ceramah berikutnya yang disampaikan Dr Zakir di Bukit Jalil di hadapan 30.000 yang membanjiri Stadium Hoki Nasional.
Seperti biasa di penghujung ceramahnya, ada sesi soal jawab. Saat itu, ada Non Muslim mengambil kesempatan untuk bertanya keraguan mereka tentang Islam.
Lima orang mengucap syahadat pada ceramah Zakir di Stadium Hoki ini. Pertama memeluk Islam seorang lelaki warga India (Panjabi), Harinder Bal Singh, 23 tahun. Kedua seorang wanita yang memakai jubah dan skaf hitam, tanpa menyatakan nama dan asalnya memberitahu keinginannya memeluk Islam.
Dr Zakir kemudiannya bertanya wanita itu, “Anda percaya Allah dan Nabi Muhammad sebagai pesuruh Allah?” dan dijawab wanita itu “Ya”. Dr Zakir terus membimbingnya mengucap kalimah syahadat.
Selepas itu seorang lagi wanita, yang secara mengejutkan bertanya dalam sesi Tanya jawab terus menyatakan keinginannya memeluk Islam. Wanita yang hanya dikenali sebagai Muchelle itu juga mengakui dia ingin memeluk Islam tanpa paksaan melainkan diatas kerelaan hati sendiri selepas mendengar penjelasan menyakinkan daripada Dr Zakir.
Seterusnya lelaki dari Miri, Sarawak, Joel anak Along (26) mengakui telah mempelajari Islam sejak beberapa tahun lalu ikut memutuskan memeluk agama Islam selepas bertanya Dr Zakir tentang hikmah syahadat.
Sampai pada jam 02.30 dini hari, seorang pelajar dari Negeri Sembilan yang enggan namanya dikenali memeluk Islam seusai pertanyaannya tentang syurga dijawab Dr Zakir Naik.
“Saya sudah lama pelajari Islam dan pernah belajar mengucap syahadat. Hari ini saya sekali lagi dengan bimbingan Dr Zakir,” ujar pelajar itu.
Dr Zakir Naik dari India, seorang doktor kesehatan, belajar Islam khususnya ilmu perbandingan agama di negaranya India. Ilmu mantik dimilikinya amat tinggi, soalah yang dilontarkan dijawab dengan mudah dan lancar serta menyakinkan, bahkan mereka yang bertanya akhirnya berpuas hati. Bahkan tak sedikit mendaat hidayah, lalu memeluk Islam.*(Hidayatullah)