Saat pertama kali mendengar info resmi bahwa Sandiaga Uno berpasangan dengan Anies Baswedan pada Pilkada DKI 2017, saya sempat shock. Tak habis pikir. Kok bisa?
Bukankah dia dulu pendukung Jokowi? Bukankah dia dulu pernah membully Prabowo? Bukankah saya pun dulu pernah mengkritiknya habis-habisan karena beliau yang intelek tiba-tiba seperti kehilangan intelektualitasnya setelah mendukung Jokowi?
Saya sempat shock, tak habis pikir, bahkan sempat BINGUNG. Sebab dari tiga calon yang maju di Pilkada DKI 2017, harapan saya satu-satunya hanyalah Sandiaga Uno.
Pak Yusril sudah di"kartu-mati"kan oleh semua Parpol. Mendukung Agus Sylviana rasanya sangat berat, karena saya tahu parpol-parpol pendukung mereka hampir semuanya exKMP yang membelot dan kini mendukung pemerintah.
Dan mendukung Ahdjrot tentu sangat tidak mungkin. Jika saya mendukung mereka, hm... itu artinya Anda semua bebas menjuluki saya pelacur politik hehehehe.. :-)
Jadi harapan saya hanya pada pak Sandiaga Uno. Saya mendukung beliau. Tapi kok beliau duet dengan pak Anies Baswedan?
Duh, rasanya sungguhlah berat jika saya harus mendukung Anies Baswedan. Gimana nih? Apa yang harus saya lakukan?
Untungnya, tiba-tiba saya ingat sesuatu:
Ketika masih menjabat sebagai menteri, prestasi beliau sungguh luar biasa. Pak Anies Baswedan sempat membuat kebijakan menghapus MOS, dan beberapa kebijakan lain yang positif dan mendapat pujian khalayak ramai.
Lalu tiba-tiba beliau dipecat oleh Jokowi. Sebuah tindakan yang saat itu sangat disayangkan oleh banyak pihak, termasuk oleh para pendukung Jokowi sendiri.
"Anies Baswedan sudah berubah." Itulah kesan yang saya tangkap dari rangkaian cerita di atas. Dan saya berharap semoga itu benar.
Ya, setiap manusia bisa berubah. Termasuk saya, termasuk Anda, termasuk Anies Baswedan.
Mungkin beliau telah menyesal karena dulu jadi timses Jokowi. Sama menyesalnya dengan Nanik S Deyang yang dulu menjadi orang kepercayaan dan orang terdekat Jokowi, namun kini menjadi salah seorang pengkritik keras Jokowi. Karena mbak Nanik ini sudah sadar.
Ya, jika seseorang telah berubah, tentu kita harus menghargainya, bukan? Tak ada gunanya menyimpan dendam. Mari memaafkan pak Anies Baswedan. Jika beliau telah berubah, dan kini berjuang bersama untuk menyelamatkan NKRI, tentu harus kita dukung bersama.
Dan dalam konteks inilah, saya sangat kagum luar biasa kepada Pak Prabowo. Beliau dengan sangat legowo bersedia mendukung orang yang dulu pernah membullynya. Betapa sikap ikhlas beliau sungguh luar biasa!
"Halah! Anda mendukung Anies-Uno, paling cuma karena mereka didukung oleh PKS. Ente kan kader PKS. Iya kan?"
Hehehehe...
Ente sepertinya belum tahu bahwa:
- Saya pernah menentang PKS karena mendukung kenaikan harga BBM
- Saat dulu PKS mendukung SBY jadi capres, saya justru memilih JK-Wiranto
- Saat PKS memecat Fahri Hamzah, saya justru membela Fahri Hamzah dan menyayangkan keputusan PKS tersebut.
Bagi saya, yang harus dibela itu Islam, bukan partai. Sebab di akhirat nanti, kita tidak akan ditanya apa "partaimu".
Saya mendukung Anies-Uno karena saya punya alasan kuat secara pribadi, bukan karena mereka didukung oleh PKS.
Catat itu!
Jakarta, 23 September 2016
(JONRU)