PKS TENGGELAM BERSAMA?
(Surat Terbuka Kepada Kader)
Ikhwan dan Akhwat sekalian,
Di partai ini, Nama saya cukup dikenal dan saya cukup senior tetapi ijinkanlah saya tidak menjelaskan identitas saya yang sebenarnya. Karena saya akan mengatakan sesuatu yang tidak akan nyaman bagi pimpinan kita yang sekarang, maka biarkan surat terbuka ini dibaca sebagai sesuatu yang ada di sekitar kita tapi kita sering diabaikan.. sebagaimana kecenderungan kita setahun belakangan ini, kita terlalu masa bodoh atau tidak berani menyatakan kebenaran apa adanya.
Saya sebetulnya yang paling tidak tahan, sebagai yang relatif senior melihat sikap kita yang apatis... sangat tidak punya sense of crisis dan memandang remeh kekacauan yang muncul setahun belakangan ini sejak kepemimpinan baru berkuasa di partai kita ini...
Saudaraku,
Kenapa kita tidak berani bertanya apa yang sedang terjadi? Bukankah kita dahulu hampir saja habis ketika partai ini dilanda bencana ketika pimpinan tertinggi ditangkap karena dituduh korupsi dan kita semua bingung tidak mengerti? Itupun kita tak banyak bertanya karena Alhamdulillah pemimpin kita yang baru mengalihkan tenaga kita untuk selamatkan diri dan membangun kepercayaan diri. Partai ini selamat dan sampai hari ini kita mendapat posisi terhormat dalam koalisi KMP.
Tetapi yang sangat disayangkan adalah berlanjutnya sikap apatis. Kalau kita tidak bertanya karena partai ini berjalan baik dan ke arah yang benar seperti yang kita pikirkan atau karena kita disibukkan oleh kerja penyelamatan seperti 3 tahun lalu wajarlah.. tetapi ini justru sikap apatis ini muncul pada saat kepemimpinan menciptakan krisis baru yang sebetulnya tidak perlu ada.
Akhirnya, kita semua dalam sandera dan pemimpin kita juga bingung tanpa arah... mereka hanya nampak punya arah karena kita tak kunjung bertanya atau kita hanya diam saja kalau pimpinan menjawab pertanyaan kita dengan mengatakan, "maaf yang itu jangan ditanya", atau "jawaban sudah ada dalam bayanat" atau "antum percaya saja" atau jawaban kekanakan-kanakan lainnya tapi kita tetap diam saja.
Saudaraku,
Sampai kapan kita biarkan keadaan ini dan apakah kita memang merencanakan tenggelam bersama? Sampai kapan kita semua membiarkan diri hidup seperti alien di tengah masyarakat yang tidak sanggup menerangkan apa-apa atas apa yang terjadi pada partai kita padahal kita juga ingin bermasyarakat dan hidup mengakar?
Terus terang kita seharusnya mengajukan semua pertanyaan ini pada para pemimpin kita dan seharusnya kita berhak mendapat jawaban yang tuntas dan memuaskan lalu kita menyampaikannya kepada masyarakat kita juga secara memuaskan.
Dan inilah pertanyaan yang ada di masyarakat kita:
Pertanyaan -1:
Mengapa Anis Matta disingkirkan dan apa masalah dan kegagalan dia? Bukankah dia sukses?
Di dalam partai kita PKS pertanyaan itu dijawab dengan kalimat sederhana, "di partai ini semua orang adalah prajurit dan orang harus siap ditempatkan di mana saja, titik!". Dan kita mengharapkan seluruh bangsa ini siap menerima jawaban seperti itu sebagaimana kesiapan Anis Matta sendiri untuk melaksanakan keputusan itu. Pertanyaannya adalah apakah kita jujur dan apakah pimpinan kita jujur menempatkan Anis Matta dalam suatu kerangka strategi yang jujur dan diputuskan bersama atau ada masalah lain yang menjadi rahasia?
Lupakah kita bahwa sepandai-pandai kita menyimpan kebohongan akhirnya akan terungkap juga seperti pepatah sepandai-pandai kita menyimpan bangkai akhirnya akan berbau juga. Dan sekarang ini sudah bau! Tidak ada alasan menyingkirkan Anis Matta dari posisinya yang dulu. Ini hanya permainan licik segelintir orang yang cemburu karena ada anak muda yang kapasitasnya melebihi kemampuan generasi kami-kami yang tua ini.
Lupakah kita bagaimana Anis Matta memimpin partai kita dalam krisis terbesar yang pernah dihadapi partai ini? Lupakan kita bagaimana ia siang malam keliling Indonesia menjumpai kader yang sedang murung dan malu karena dihina setiap hari melalui layar televisi? Lupalah kita bagaimana Anis Matta berorasi meyakinkan kita semua kembali bahwa ini semua bisa diakhir dan berbelok menjadi kemenangan?
Jadi, di dalam partai ini karena kekuasaan dan wewenang pemimpin kita besar sekali maka nyaris tidak ada pertanyaan sampai semua menjadi bencana besar... Anis Matta adalah korban dengki dan kita bersyukur dia menerima ujian itu dengan sabar.. dia sibukkan diri dengan apa yang sebetulnya tidak terlalu menjadi keperluan kita.. ilmu dan pengalamannya dipakai untuk orang lain sementara kita sendiri di dalam negeri ini kelabakan.
Jadi apa salah Anis Matta? Kenapa pimpinan ini kita biarkan mengarang cerita seolah mengakhiri jabatannya di tengah jalan adalah suatu keputusan yang besar? Lalu dikarang cerita lagi seolah ada dosa besar? Dan sekarang tenyata semuanya hanya karangan cerita untuk meloloskan sebuah rencana yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan dan masa depan partai kita... dan Anis Matta mungkin akan diam dan terus diam.. tetapi publik tetap melihat kita bersandiwara... sampai kita nampak jujur barulah publik meyakini bahwa partai kita layak untuk dipilih.
Pertanyaan ke-2:
Mengapa Sohibul Iman menjadi Presiden PKS dan mengapa ia tidak mundur menjadi anggota DPR?
Sudah 1 tahun Sohibul iman jadi Presiden partai, entahlah... para pimpinan ini punya merit sistem seperti apa mengelola partai ini. Seolah partai ini milik pribadi. Dan yang dipilih akhirnya orang yang tidak punya jejak dalam kepemimpinan yang mengakar. Karena PKS ini partai kader. Kita ingin yang menjadi pemimpin kita ini yang tahu denyut nadi kita dan perasaan batin kita.
Ada banyak orang yang sudah diterima oleh kader, kalau toh harus mengganti Anis Matta tapi harusnya penggantinya juga sekelas Anis Matta. Kader sekarang mayoritas orang baru yang tidak bisa lagi disuguhkan, orang yang tidak mengerti dinamika lapangan.
Sohibul Iman datang dari mana? Apa kapasitasnya? Apa kemampuannya? Apa prestasinya? Pernah memimpin kader di mana? Entahlah... tidak ada jejaknya di wilayah.
Sekarang, ketika krisis ini semakin dalam Sohibul Iman justru masih rangkap jabatan. Sama sekali tidak menganggap jabatan Presiden PKS ini penting dan layak untuk difokuskan. Sebagai anggota DPR pun beliau akhirnya sering bolos dan tidak nampak tekun mengikuti perdebatan. Ini adalah kerugian moril tidak saja bagi PKS tetapi juga bagi DPR.
Semakin menjadi simbol partai maka Sohibul Iman semakin menjadi beban kita semua. Dan lagi-lagi publik tidak mendapat penjelasan.
Pertanyaan ke-3:
Mengapa Fahri Hamzah ingin disingkirkan? Apa salah dia dan kenapa tidak ada penjelasan?
Sekarang,
Masalah ini sudah terungkap semua sekarang. Kepada kita dijanjikan bahwa kasus pemecatan Fahri Hamzah ini hanya akan berlangsung dalam hitungan hari. Tapi sekarang sudah menjadi isu besar yang tak kunjung selesai. Sementara itu, setiap persidangan justru membuka borok para pimpinan bahwa ternyata pemecatan kader PKS itu sangat semena-mena.
Apa sebetulnya dasar pemecatan Fahri Hamzah? Percakapan pribadi Ketua Majelis Syuro (KMS) itu sebetulnya meminta apa? Kenapa KMS memaksakan kehendaknya untuk mengganti Fahri Hamzah? Siapa yang MENASEHATI KMS untuk melakukan tindakan gegabah ini?
Sementara itu, semua rencana PKS untuk masuk dalam gelanggang politik makin kelihatan amatir. Makin lama partai ini makin nampak seperti embel-embel... pimpinannya khotbah tentang keberkahan dan jalan sunyi kesalehan individual tetapi kadernya disuruh kerja bakti dan mengumpulkan uang.
Lebih tragis lagi karena yang berbeda pendapat dipecat dan tidak lagi diajak dalam pertemuan kaderisasi. Sungguh sebuah tindakan memalukan. Pemimpin batu partai ini tidak punya modal membangun solidaritas dan soliditas. Sekarang, semua alasan memecat Fahri Hamzah sudah batal, mulai dari keputusan MK yang menyatakan alat bukti Sudirman Said itu ilegal sampai keputusan MKD yang telah mengembalikan nama baik Setya Novanto selain KPK yang memang semakin melindungi koruptor... kenapa DPP tidak minta maaf? Ada apa sebenarnya?
Tapi, kenapa kader tetap diam? Apakah ada larangan agama untuk mengkritik pemimpin? Kenapa semua tidak berani bersikap? Sungguh akan datang bencana jika kita tetap diam... karena diam ini artinya kita bersekutu dengan kezaliman dan inilah yang membuat kita semua tenggelam bersama.
Ya Allah, kami takut dengan fitnah yang tidak saja menimpa orang zalim, tapi kami yang lemah ini. Ampuni kami ya Allah.
Jakarta, 27 September 2016
Abu Slamet Wijoyo