Tapi, sebenarnya 2 tahun lalu (2012) Bumi memang sedang dalam bahaya dan hampir saja mengalami kiamat. Hal ini di informasikan oleh NASA. NASA menjelaskan, jika 2 tahun yang lalu bumi nyaris terkena suar surya (solar flare) atau Coronal Mass Ejection (CME) akibat lontaran massa korona, dari badai matahari paling kuat dalam kurun waktu 150 tahun.
Untungnya, badai tersebut tidak mengenai Bumi sehingga planet kita ini masih utuh dan terhindar dari kehancuran. Karena pada saat itu badai matahari menghantam satelit olar Terrestrial Relations Observatory (STEREO-A) milik NASA.
Seperti yang dikatakan oleh Daniel Baker dari University of Colorado, yang mengepalai proyek riset badai matahari mengatakan
"Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan, kami makin yakin bahwa Bumi dan manusia di dalamnya sangat beruntung saat itu, seandainya terjadi seminggu sebelumnya, Bumi akan berada di garis api." ujarnya.
Pada September 1859. Suar awalnya secara langsung diamati oleh astronom Inggris, Richard Carrington. Kala itu sejumlah CME berkekuatan tinggi menghantam Bumi selama beberapa hari berturut-turut. Northern Lights atau aurora memanjang hingga selatan Kuba. Saluran telegraf global terputus, bahkan memicu api yang membakar sejumlah kantor telegraf,surya mencatat data pada struktur magnetik, gelombang kejut, dan partikel energik yang dihasilkan oleh CME di hari itu, juga CME-CME lain sebelumnya.
Walaupun badai tersebut sudah terjadi 2 tahun yang lalu, namun saat ini kita juga harus berhati - hati dengan adanya kiamat. Sebab, sebuah studi yang dipimpin oleh Pete Riley dari Predictive Science Inc menemukan bahwa kemungkinan badai matahari sekuat Carrington Event atau yang terjadi pada Juli 2012 kembali menghantam Bumi dalam waktu 10 tahun, adalah 12 persen.