Suciwati Munir - Foto : Youtube |
Pembebasan bersyarat Pollycarpus Budihari Prijanto, yang dituding menjadi pelaku pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib, tak membuat Suciwati, istri Munir kaget.
Suci memang sudah menduga hal tersebut akan terjadi. Suci pun menilai, keringanan hukuman Pollycarpus menjadi bukti nyata bualan Jokowi selama kampanye pemilihan Presiden.
"Jokowi bohong! Kalau mau serius berbicara HAM, tidak usah ngomong terlalu tinggi. Kasus Munir kalau memang serius, pembebasan bersyarat semestinya tidak ada," ucap Suciwati, Sabtu (29/11) seperti dirilis kantor berita CNN Indonesia.
Pembebasan Pollycarpus, menjadi indikator bahwa upaya dan komitmen pemerintah beberapa untuk mengusut tuntas pembunuhan Munir beberapa tahun silam, adalah nol besar alias nihil. Sebagai hasilnya, pertimbangan hukum yang meringankan pelaku pembunuhan terus menerus diproduksi.
"Menterinya tidak punya komitmen dalam penegakan HAM, akhirnya isu HAM hanya jadi komoditas jual beli," kata Suciwati.
Selain mengecam pembebasan Pollycarpus, Suci juga mendesak pemerintah untuk menangkap pelaku lain, bahkan otak pelaku pembunuhan suaminya itu.
"Kalau memang serius, itu Hendropriyono yang bertanggungjawab kasus pembunuhan Munir, kenapa tidak diproses? Negara ini mereduksi kebohongan terus. Negara meninabobokan masyarakat dengan kebohongan," ujar Suciwati tegas.
Suciwati masih meyakini ada dalang dalam kasus tersebut. Sementara menurutnya, pengusutan dan pengadilan hanya mengganjar pelaku, dan bukan dalangnya.
"Dalangnya juga harus segera dicari,” ujarnya.
Seperti diketahui, sejak kemarin, pemerintah memberikan pembebasan bersyarat kepada Pollycarpus. Mantan pilot PT Garuda Indonesia Tbk tersebut divonis 14 tahun penjara oleh majelis hakim Mahkamah Agung setelah Peninjauan Kembali (PK) yang kedua diajukan.
"Pembebasan bersyarat Polly sudah turun, yang bersangkutan masih di Lapas Sukamiskin. Sekarang sedang proses laporan dari pihak terkait," ujar Kepala Lembaga Permasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Marselina Budiningsih.
Pollycarpus sudah menjalani masa penahanan selama 8 tahun 11 bulan sejak vonis dibacakan pada 20 Desember 2005. Selama lima tahun belakangan, pembunuh Munir tersebut telah mendapatkan remisi tiap tahunnya. (Sumber : CNN )
--------
“Mengapa Ibu pilih pembohong?”, tulis akun twitter @maspiyungan semalam, Sabtu 29 November 2014. Status twitter itu dilengkapi sebuah foto dari aksi peringatan 10 meninggalnya Munir, tahun ini. Pertanyaan ini menjadi sebuah tanggapan yang membuat dada sesak.
Dalam proses pemilihan presiden yang baru lalu, atas nama pelanggaran HAM berat, Suciwati dan beberapa aktivis menolak sosok Prabowo Subianto dan memilih untuk mempercayai Jokowi.
Kini, Suciwati dikecewakan Jokowi. Wajar bila Suciwati kecewa. Ia dan banyak aktivis HAM lain, terpukau oleh sosok Jokowi yang merakyat, yang selama ini aktif mendengar keluhan para aktivis, membela kaum minoritas, dan selalu mengedepankan perdamaian di atas perbedaan.
Khusus mengenai kasus-kasus pelanggaran HAM berat, Jokowi pernah berjanji untuk mendorong penuntasannya apabila ia terpilih menjadi Presiden.
Namun, harapan para aktivis itu perlahan pupus ketika JK menyatakan bahwa kasus Munir sudah selesai. Dan Jokowi, melalui Juru Bicara Rumah Transisi, ketika itu, Andi Widjajanto menyatakan Jokowi tak sediakan anggaran untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM.
Pernyataan Jokowi ini sebetulnya tak mengejutkan untuk beberapa kalangan yang telah mengenalnya ketika masih menjabat sebagai Walikota Solo. Belum lagi, kinerja Jokowi di Jakarta juga menunjukkan bahwa ucapan Jokowi kerap tak selaras dengan perbuatannya.
Maka, kini, saat para aktivis itu tak dapat hanya berharap Jokowi akan memiliki itikad baik untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM, mereka harus menggugat keyakinan bahwa Jokowi mampu menyelesaikan kasus pelanggaran HAM -seperti yang pernah dijanjikannya- melalui seluruh media yang ada di negeri ini. (fs)