[CATATAN] Kondisi Kontemporer Keuangan Negara: Indonesia Di Jalur Yang Tepat Menuju Krisis


KONDISI KONTEMPORER KEUANGAN NEGARA:
INDONESIA DI JALUR YANG TEPAT MENUJU KRISIS

[Catatan: Sigid Kusumowidagdo]

Yunani adalah negara maju pertama yang mengalami krisis utang dan gagal menbayar bantuan utang untuk 2009-2015 dari IMF. Tepat pada puncak krisis, pemerintah Yunani tidak mampu bayar gaji dan uang pensiun karena perbankan ditutup sememtara karena kehabisan dana. Brazil minggu lalu resmi mencopot Presiden Brazil setelah diskors parlemen akibat krisis keuangan dan ekonomi akibat pengeluatan dana membiayai penyelenggaraan Piala Sepakbola Dunia 2014 dan Olimpiade Rio 2016 menyebabkan defisit "jumbo" anggaran.

Ada persamaan antara pemerintah Yunani dan Brazil: Keduanya dinilai tidak jujur dan tidak transparan, sengaja menutupi kondisi defisit kritis dan utang besar sehingga negara terlambat untuk mencegah krisis yang berakibat stagnasi industri, pengangguran massal penurunan pendapatan masyarakat.

1. JUMLAH UTANG PEMERINTAH AKHIR KUARTAL II (AKHIR JUNI 2016)

Menurut data IMF Dissemination Standard Bulletin Board Utang pemerintah (central government) mencapai 153,263,8 juta dolar Amerika terdiri dari;

A. 100.514,2 juta dolar AS dengan suku bunga komersial
B. 53.263,8 juta dolar AS dengan suku bunga konsesi (bantuan) di bawah bunga komersial.

Saat ini pemerintah harus menarik pinjaman untuk membayar pokok dan bunga pinjaman-pinjaman sebelumnya.

2. KONDISI KEUANGAN PEMERINTAH JOKOWI-JK (sampai minggu ke 1 Agustus 2016);

A. Realisasi Belanja pemerintah Rp 1.037,6 Trilyun (49,4% dari anggaran).
B. Realisasi Penerimaan Pemerintah Rp 775,2 Trilyun (43,4% dari anggarann)
C. Defisit Anggaran Rp 262,5 Trilyun (2,08 % dari Produk Domestik Bruto). Masih di bawah batas legal kumulatif pinjaman pemerintah pusat dan daerah sebesar 3% dari Produk Domestik Bruto.

Pemerintah telah mempercepat realisasi pengeluaran belanja modal dan barang serta transfer dana ke daerah serta Dana Desa sedangkan pendapatan pajak,.bea cukai pendapatan bukan pajak masih saja rendah dan lambat.

3. HASIL PENERIMAAN PEMERINTAH (sampai Minggu ke 1 Agustus 2016)

A. Pendapatan Pajak dan Bea Cukai Rp. Rp 618,3 Trilyun (40,2 % dari anggaran). Sedikit lebih rendah pendapatan peride yang sama 2015 sebesar Rp 626,7 Trikyun.
B. Pendapatan Bea Cukai Rp 76,2 Trilyun (41,4 % dari anggran)
C. Pendapatan Negara Bukan Pajak Rp 155,7 Trilyun naik Rp7,6 trilyun daei perode sama 2015.

4. SOLUSI-SOLUSI PEMERINTAH JOKOWI-JK MENGATASI DEFISIT ANGGARAN

A. MENARIK PINJAMAN Semester 1 2016 Rp 276 Trilyun terdiri dari utang sebesar Rp 277,8 Trilyun dan dan Non utang negatif Rp 1,2 Trilyun. Menerbitkan Surat Utang Negara (SUN ) sebesar Rp 301,9 Trilyun yang merupakan 82,8 % dari Target APBN-P 2016. Meminjam USD 500 juta dari World Bank setara Rp 6,7 Trilyun.

B. PEMOTONGAN ANGGARAN: (1) Rp 50,1 Trilyun (Mei 2016) dan ke yang ke (2) Agustus 2016 sebesar Rp. 133,8 Trilyun.

C. TAX AMNESTY dengan target Dana Repatriasi (dari luar Negeri Rp 165 Trilyun sampai akhir program Maret 2017). Sampai 30 Agustus 2016 baru tercapai Rp 9,8 Trilyun dari target.

KESIMPULAN:

Kecenderungan yang terlihat sekarang adalah defisit anggaran akan terjadi cukup panjang dan solusi yang dijalankan pemerintah masih banyak tergantung dana penjaman baik melaui Surat Utang Negara atau pinjaman multilateral-bilateral. Solusi jangka panjang belum jelas kelihatan.

Maka Indonesia sekarang dalam jalur yang tepat menujurus ke krisis ekonomi keuangan, kecuali jika semua pihak esekutif-legisaltif di pusat maupun daerah, masyarakat bisnis, cendikiawan, pekerja, dll, sepakat untuk menghentikan pemborosan anggaran dan agresifitas pemerintah menarik utang dan menajamkan prioritas pembangunana.

Kalau tidak kita akan melihat lagi pemandangan masyarakat berjas dan berdasi yang karena terkena PHK massal membuka warung atau jualan di pinggir jalan mencari nafkah serta para buruh pabrik menjadi tenaga serabutan tidak tetap seperti pada krisis moneter tahun 1997-2000.

SUMBER DATA: Kementerian Keuangan (15/05/16), media-media bisnis dan ekonomi dalam & luar negeri.

___
Sumber: fb




Subscribe to receive free email updates: