Mengapa memerangi Daesh (ISIS) di Suriah sangat penting bagi Turki?
Mengapa intervensi militer Turki - 'Euphrates Shield' tidak dipergunakan untuk menyerang rezim Assad secara langsung?
1. Negara-negara pro revolusi Suriah tidak bisa secara terang-terangan menyerang Assad karena secara de jure dia masih "memegang jabatan" sebagai "Presiden" Suriah, dimana kekuasaan itu dipertahankan dengan membantai ratusan ribu rakyat Suriah dan telah kehilangan lebih dari 70% wilayah Suriah. Jadi negara pro revolusi Suriah, seperti Arab Saudi dan Turki bermain lewat jalur diplomasi, suplai persenjataan untuk oposisi dan bantuan kemanusiaan.
2. Daesh (ISIS) menguasai wilayah sepanjang perbatasan Turki-Suriah, dan menebar teror dengan berulangkali melakukan serangan bom di wilayah Turki. Ancaman ini harus segera dibersihkan.
Sebab ancaman teror inilah pintu perbatasan Turki-Suriah ditutup dan kemanan diperketat, karena pelaku teror Daesh masuk ke Turki bersama arus pengungsi.
3. Dengan menggunakan dalih memerangi Daesh, maka intervensi militer di Turki minim kontra dari kekuatan/negara-negara dunia.
4. Rusia menggunakan alasan memerangi teroris (ISIS) untuk menggempur wilayah oposisi Suriah dan membantai warga sipil, jika ISIS musnah mereka tidak punya lagi alasan yang kuat untuk melanjutkan intervensi militer di Suriah.
5. AS juga menggunakan Daesh (ISIS) sebagai alasan untuk merebut wilayah di Suriah dan menyerahkannya ke milisi komunis Kurdi PYD/YPG. Hal ini mengancam integritas wilayah Suriah dan juga Turki, karena komunis Kurdi bertujuan mendirikan entitas negara sendiri bersama dengan milisi komunis Kurdi di Turki, PKK.
6. Point terpenting adalah, rezim Assad menggunakan Kehadiran Daesh (ISIS) untuk membenarkan posisi mereka tetap dalam kekuasaan. Yaitu dengan alasan memerangi teroris. Dan alasan Barat tetap 'mempertahankan' Assad adalah kekhawatiran jika Assad jatuh maka Daesh akan berkuasa di Suriah.
Jika Daesh (ISIS) berhasil dimusnahkan maka mau tidak mau solusi politik harus segera diambil dengan melibatkan pihak oposisi.
Dimana Turki dan Arab Saudi telah sepakat bahwa tidak ada tempat bagi Assad dalam masa transisi.
Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Itulah kecerdikan Sang Sultan Erdogan.
(Erna Setyowati)