Alhamdulillaah alladzii bini'matihii tatimmu -sh shaalihaat...
Musim haji tahun ini adalah musim haji yang paling mengesankan. Paling tidak inilah yang penulis rasakan sejak musim haji 1428 H sampai dengan tahun ini 1437 H.
Di antara indikator yang menjadi faktor kesuksesan musim haji tahun ini adalah:
1. Mina
Sudah sejak lama Mina dikenal sebagai tempat yang paling banyak memakan "korban" jamaah haji. Yang paling terkenal adalah tragedi "Terowongan Mina" tahun 1990 M. Kita juga belum lupa dengan tragedi yang terjadi pada musim haji tahun lalu di Mina. Mina memang menjadi sorotan utama dunia ketika musim haji berlangsung. Keberhasilan penyelenggara pertemuan akbar muslimin sedunia ini dapat dilihat dari keberhasilan di Mina.
Mina tahun ini bersih dari jamaah haji Iran yang sering meneriakkan yel-yel kesyirikan. Begitupula kami tidak mendapat kabar adanya korban jatuh di Mina akibat pertemuan dua arus dahsyat manusia yang berlawanan. Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin.
2. Thawaf
Tahun ini piringan thawaf bisa menampung lebih dari 100 ribu jamaah tiap jamnya. Alhamdulillaah kepadatan di Al Masjid Al Haraam tidak separah tahun-tahun sebelumnya.
Alhamdulillaah 'alaa kulli haal.
Di sana ada hal yang membuat musim haji tahun ini sangat berkesan khusus bagi penulis sendiri:
1. Tahun ini di Makkah kami mendapat markaz yang sangat dekat dengan Al Masjid Al Haraam. Tahun-tahun sebelumnya markaz kami agak jauh seperti 'Aziziziyyah, Syisysyah, dan Jabal Hiraa'.
2. Tahun ini kami mendapat tempat di Mina di daerah paling padat jamaah hajinya, yaitu di masjid Al Khaif. Di sinilah dulu Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam menginap di Mina. Sejak lama penulis berangan-angan kapan bisa ditempatkan di sana selama musim haji. Akhirnya cita-cita itu diwujudkan oleh Allah tahun ini. Alhamdulillaah.
Sakan (kemah/penginapan) di Mina tahun ini benar-benar istimewa. Maklumlah kami menginap satu bangunan dengan sakan memteri agama KSA, syaikh Shaalih Alu Syaikh. Kami di bawah, beliau-beliau para petinggi dan pejabat di atas. Bangunannya bukan bangunan sementara yang biasanya terbuat dari aluminium atau sekedar kemah, tapi berupa bangunan tetap yang terbuat dari semen. Full AC, makanan mewah, toilet bersih dan banyak (tidak susah payah antri), dan yang lebih enaknya lagi jarak ke lokasi pelemparan jamarat sangat dekat.
Alhamdulillaah, tsumma alhamdulillaah.
3. Arafah
Ketika di Arafah, kami mendapatkan markaz yang sangat dekat dengan masjid Namirah. Masjid tempat Rasulullah dulu menyampaikan khutbah Arafah. Di sana kami bertemu dengan salah seorang syaikh kibar yang sudah sejak lama kami ingin berjumpa dengan beliau. Syaikh yang menjadi penulis sebuah buku yang sangat fenomenal. Buku yang sangat dibutuhkan oleh setiap muslim, bukan hanya di musim haji saja, tapi juga di luar musim haji.
Dialah sang penulis buku Hisnul Muslim. Buku kumpulan do'a dan dzikir ini merupakan karyanya yang paling ia cintai. Dialah syaikh Sa'iid bin Wahf bin 'Ali Al Qahthaaniy -hafizhahullaah-. Sosok yang sederhana dan tawaadhu'. Pandangan matanya penuh kewibawaan dan dari ucapan-ucapannya menunjukkan bahwa beliau orang yang penuh hikmah dan ilmu.
4. Muzdalifah
Di Muzdalifah, Alhamdulillaah kami mendapat tempat yang sangat istimewa. Yaitu di Masjid Al Masy'ar Al Haraam, tempat yang dulunya Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam berdo'a di sana.
Sakan kami di Muzdalifah tahun ini sangat istimewa. Sakan kami bersebelahan dengan sakan menteri agama. Persis sama seperti sakan kami di Mina.
Alhamdulillaah, tsumma alhamdulillaah.
Masih banyak pengalaman yang kami rasakan selama musim haji tahun ini. Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan padatnya kegiatan, maka hanya itulah secuil yang dapat kami haturkan. Tidak lain sebagai ungkapan rasa bahagia dan syukur kami yang tidak berhingga atas rahmat Allah ini.
Lagipula kami juga tidak tahu apakah kami bisa berhaji lagi di tahun-tahun yang akan datang.
Alhamdulillaah, kami sudah pernah merasakan pengalaman haji dari yang paling "tidak enak" sampai dengan "sangat istimewa". Yang terpenting adalah semoga setiap haji yang kami lakukan diterima oleh Allah subhaanahu wa ta'aalaa.
Alhmdulillaah awwalan wa aakhiran.
Mina, 13 Dzulhijjah 1437 H
Penulis,
Abu Yazid Nurdin