[portalpiyungan.com] Bashar al-Assad harus dilengserkan sebagai bagian dari kesepakatan damai di Suriah. Demikian dikatakan menteri luar negeri Inggris Boris Johnson dalam pernyataan publik pertamanya pada masalah Suriah.
Johnson mengatakan Presiden Suriah (Assad) adalah "mesin pembunuh, bom barel, dan pada akhirnya, perjuangannya untuk mempertahankan kekuasaan pribadinya" telah menyebabkan 400.000 kematian warga Suriah seperti disebutkan PBB.
Dia menambahkan "bahkan" Rusia sudah menerima lengsernya Assad sebagai kebutuhan untuk menuju transisi dalam kepemimpinan politik Suriah.
Johnson membuat komentar ini dalam kolom surat kabar yang diterbitkan menjelang pertemuan Komite Tinggi Negosiasi Suriah, di London, Rabu (7/9), yang mewakili kelompok oposisi di Suriah.
Dia menulis di The Times: "Akan ada pertemuan orang-orang di London yang memiliki pengalaman langsung di Suriah tapi yang benar-benar menolak negara polisi ala Assad. Mereka ingin membuat negara baru di mana ada checks and balances dalam pemerintahan dan di mana hak-hak perempuan dan minoritas dihormati."
"Ambisi mereka adalah untuk memastikan ruang yang aman, bebas dari teror, para pengungsi dapat kembali. Di atas semua, Komite Tinggi ini tidak mewakili kemenangan satu kelompok sektarian atas yang lain atau pengalihan kekuasaan dari satu faksi yang lain di Suriah."
Johnson mengatakan, kasus untuk transisi politik di Suriah begitu luas bahwa "bahkan Rusia telah menerimanya".
Tapi, katanya, mereka masih menjaga Assad berkuasa karena kekhawatiran atas apa yang terjadi setelah ia meninggalkan kekuasaan. (Maksudnya khawatir kekuasaan Suriah bakal berpindah ke Mujahidin. Negara-negara barat berusaha agar Suriah tidak jatuh ke tangan mujahidin. -red)
Pertemuan Komite Tinggi Negosiasi Suriah Rabu akan mengusulkan "transisi bertahap", kata Johnson.
"Pertama harus ada fase negosiasi enam bulan antara rezim dan oposisi, disertai dengan total gencatan senjata dan akses kemanusiaan penuh di seluruh negeri," tulisnya.
"Berikutnya harus ada periode 18-bulan di mana Suriah harus diatur oleh badan transisi. Ini, yang terpenting, akan menjadi campuran tokoh oposisi dan perwakilan dari pemerintah saat ini dan masyarakat sipil."
Pernyataan Johnson ini muncul hanya beberapa bulan setelah ia menulis kolom di Daily Telegraph Maret 2016, ketika ia masih walikota London, saat itu ia memuji Assad dan Rusia.
Sumber: Yenisafak