Pengamat kebijakan publik Budgeting Metropolitan Watch (BMW) Amir Hamzah menyebut, apa yang dilakukan Boy Sadikin hari ini serupa dengan sikap bapaknya, Ali Sadikin saat menolak perintah presiden Soeharto pada pemilu 1977 silam.
"Jujur, saya kagum dengan sikap Boy. Dia betul-betul mewarisi sikap dan kepribadian bapaknya (Ali Sadikin). Tadi siang begitu saya mendengar Boy mundur, saya langsung teringat dengan Alm. bapaknya," kata Amir di Jakarta, Kamis 22 September 2016.
"Dulu pada pemilu 1977, Ali Sadikin adalah satu-satunya gubernur yang menolak intruksi Soeharto. Karena beliau berbeda pandangan dengan sikap Golkar tentang keberadaan organisasi partai Golkar yang saat itu dianakemaskan oleh istana," bebernya.
Menurut Amir, Ali Sadikin saat itu tidak mau Golkar otoriter dan bertindak semena-mena terhadap organisasi politik di Tanah Air, khususnya di Ibu Kota DKI.
"Akibat sikap Ali Sadikin itu apa? Sebagai partai penguasa, suara Golkar di Pemilu 1977 rontok dan keok, yang menang adalah PPP," terang Amir.
"Jadi apa yang dilakukan Boy kepada Mega hari ini, sama persis apa yang dilakukan Bapaknya pada presiden Soeharto di tahun 1977. Hanya saja, bedanya Mega sekarang bukan presiden," ungkapnya.
Seperti yang diketahui sebelumnya, Boy Sadikin sudah menyerahkan surat pengunduran dirinya yang ditujukan kepada Megawati Soekarnoputri pada tanggal 21 September 2016.