Ilustrasi |
"UAV ini memang didesain untuk mitigasi bencana, seperti pemantauan wilayah pertanian atau hutan, juga sempat memotret Merapi bekerjasama dengan Lapan," kata ketua pelaksana Tri Kuntoro Priyambodo, Kamis.
UAV yang bernama "UAVGama-1" ini sukses melakukan misi mitigasi berkat kemampuan terbangnya yang mencapai 250 kilometer, dengan hanya menghabiskan dua liter bahan bakar, kata Tri menjelaskan.
Untuk tahap selanjutnya, Tri bersama timnya akan mengembangkan UAV tersebut pada ukuran yang lebih besar dan kecil, untuk melakoni berbagai macam fungsi yang lebih spesifik.
"Selain itu kita kembangkan juga sistem auto pilot untuk UAV ini, jadi ketika terbang tinggal mengikuti koordinat yang diterima dari satelit," kata dosen di Jurusan Elektronika dan Instrumentasi UGM itu.
Lebih jauh menurut Tri, untuk mengembangkan sebuah UAV yang memiliki kemampuan dan daya tahan yang tinggi, maka diperlukan kemandirian teknologi yang bagus pula.
Untuk itu ia mengusulkan kepada pemerintah baru agar mempertimbangkan kemandirian teknologi sebagai salah satu program pembangunan nasional.
Pameran yang diselenggarakan Kementerian Pertahanan tersebut diikuti oleh lebih dari 600 perusahaan dari 47 negara seperti Amerika, Prancis, Jerman, India, termasuk Indonesia. (ant/fs)