By: Nandang Burhanudin
(1) Soal perbedaan gaya, ternyata menimpa AKP di Turki.
(2) Gaya Erdogan yang instruktif, ada kecenderungan otoritarian, dan kemungkinan abusif jika tanpa kendali.
(3) Berbeda dengan gaya penggantinya, PM Ahmet Davutoğlu. Gaya beliau cenderung kalem, pilihan katanya ilmiah, diksinya tertata dan hati-hati.
(4) Kedua gaya lahir dari latarbelakang berbeda. Erdogan adalah seorang praktisi bisnis, orang pergerakan, dan sukses mengawal birokrasi sejak usia muda.
(5) Davutoğlu adalah seorang akademis murni, bergelar guru besar, dosen luar biasa, mahir 5 bahasa asing. Walau keduanya sama-sama lahir dari desa dan dari kalangan menengah biasa.
(6) Keduanya memiliki kesamaan dalam hal: wawasan terbuka, moralitas, integritas, dan kapasitas. Erdogan secara praktek lebih unggul, karena aral melintang di lapangan.
(7) Namun gayanya yang meledak-ledak itulah, yang selalu membuat merah kuping. Obama, Shimon Peres, Ban Ki Moon, As-Sisi, Raja Emirat, Kanselir Jerman, PM Italia, pernah merasakannya.
(8) Maka Erdogan menjadi target pihak Barat. Salah satu targetnya, membenturkan Erdogan dengan Daud Oglu. Seakan mengangkat Oglu, demi menjatuhkan Erdogan.
(9) Barat berusaha menyusupkan kader-kader Tamarrud (pembangkang, anti) Erdogan di AKP. Kesalahan Erdogan dicari-cari, hingga dituduh diktator dan anti kebebasan berpendapat.
(10) Erdogan paham dan tegaskan, jika AS kampiun demokrasi. Berapa jumlah penghina Obama yang dipenjara dibanding penghina Erdogan?
(11) Erdogan murka saat AS menyadap jalur komunikasinya. Pun murka, saat perwakilan konsuler negara-negara Barat hadir dalam persidangan awal soal pelanggaran jurnalistik.
(12) Tak lupa, Erdogan memberi ruang seluas-luasnya untuk Davutoğlu. Dwitunggal yang sulit digoyang setidaknya untuk saat ini.
(13) Jadi jurus menghindari konspirasi dan konflik internal adalah: Fokus pada misi, visi, dan cita-cita perjuangan AKP untuk apa didirikan dan apa yang dilakukan kini saat berkuasa.
(14) Lalu melimpahcurahkan hasil kerja dan kinerja untuk seluruh rakyat tanpa kecuali, sembari menahan diri untuk sekadar menikmati fasilitas halal yang berlebihan.
(15) Jangan lupa, fokus Erdogan dan Davutoğlu untuk menjaga postur kader-kader AKP agar tidak terjadi jomplang: obisitas kesejahteraan di satu sisi dan muntaber kemiskinan di sisi lain.
(16) Erdogan dan Davutoğlu bersatu dalam satu kata: kader-kader AKP adalah tulang punggung perjuangan. Tidak boleh dianggap sebelah mata. Diberikan ruang. Tidak ada monopoli pihak-pihak tertentu. Lalu aturan partai dijalankan.
(17) Maka kita lihat, upaya Barat memecah belah kongsi Erdogan dan Davutoğlu sia-sia. Soliditas keduanya sulit ditandingi partai Islam manapun di dunia. Plus, kepemimpinan Erdogan yang penuh hamasah dikawal dengan gaya Davutoğlu yang penuh hikmah.
(18) Partai politik yang tidak siap dikritisi, lebih baik jadi yayasan keluarga. Sebab Erdogan dan Davutoğlu memiliki prinsip: AKP bukan parpol 5 tahunan, yang hadir pas ada kampanye Pilpres atau Pileg.
(19) Tapi AKP adalah partai yang disiapkan untuk membina generasi, menyiapkan endurance perjuangan hingga di tahun 2023, terlaksana cita-cita Turki menjadi Numero Uno, di tahun 2053 The United State of Turkey berdiri. Lalu di tahun 2067, Khilafah.
(20) Terlalu sayang pelajaran Mr. Erdogan dan Mr. Davutoğlu, hanya sekadar cerita dalam lagu-lagu yang tak punya tangga nada dan irama. Semoga jadi pelajaran.