Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah mengungkapkan bahwa ekonomi syariah bisa menjadi alat mengurangi kemiskinan di Indonesia. Hal ini dia sampaikan seusai Seminar Nasional Keuangan Inklusif dalam rangkaian ISEF 2014 di Surabaya, Jumat, 7 November 2014.
"Saya kira salah satu langkah yang telah kita lakukan adalah mendorong ekonomi keuangan syariah untuk dijadikan alat mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan. Saya kira ini memiliki potensi besar," tutur Halim.
Halim mencontohkan, salah satu peran keuangan syariah mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan adalah dengan pengelolaan zakat dan wakaf yang lebih baik, juga dana-dana masyarakat lain seperti qardul hasan.
Tidak hanya berhenti pada upaya pengentasan kemiskinan, BI juga ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan keuangan syariah dunia.
Salah satu langkahnya adalah berperan dalam perumusan standar pengelolaan keuangan syariah.
Halim menuturkan, pihaknya ingin mengenalkan pengelolaan dana wakaf, infaq, dan sodaqoh yang sudah cukup populer di Indonesia.
"Saya kira Indonesia punya peluang untuk itu (menjadi pusat pengembangan ekonomi syariah dunia)," tutur Halim.
Sejauh ini, pengelolaan zakat dan wakaf di Indonesia lebih banyak digunakan untuk hal-hal bersifat keagamaan dan sosial. Perlu ada pembelajaran lebih lanjut untuk mengetahui penggunaan lain dana-dana tersebut.
Halim berharap, dana tersebut bisa digunakan untuk memerangi kebodohan dan kemiskinan dengan jalan yang lebih produktif.
"Tapi apakah itu nanti bisa tidak tentu kita harus minta fatwa ulama, dan tentu kita minta agar penggunaan dana waqaf, zakat dan sodaqoh untuk bisa digunakan memerangi kebodohan kemiskinan dengan jalan-jalan yang lebih produktif," imbuhnya. (fs)