Ramadhan di Italia

(Muhammad Ilyas -kanan- di kota Roma)

By: Muhammad Ilyas*
(Ketua Umum KAMMI 2011)

Tahun ini merupakan pertama kali saya berpuasa di Italia. Melalui kerjasama Corps Da’i Dompet Dhuafa (cordofa) dan KBRI Roma akhirnya saya dipilih untuk berangkat ke Italia guna melaksanakan safari Ramadhan dan dialog keislaman.

Tiba di Bandara Roma Fiumicino awal Ramadhan dan dijemput oleh pak Yusral Tahir ketua kelompok kajian An-Nur di kota Roma bersama pak Tinus diplomat kita di Italia. An-nur merupakan organisasi kecil guna menaungi kegiatan keislaman warga Indonesia yang tinggal di kota Roma dan sekitarnya.

Ramadhan di Italia terasa berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Indonesia. Nuansa puasa tentunya tidak ada disini. Islam merupakan agama minoritas di negeri Pizza ini. Yang semarak justru nobar Euro2016 jika tim nasional Italia main, apalagi jika menang, hingga tengah malam masih terdengar suara teriakan ekspresi kegembiraan di bar-bar kota Roma. Walhasil, ujian puasa lebih berat di musim panas ini. Waktu puasa lebih panjang dengan durasi malam lebih pendek.Subuh pukul 03.20, magrib pukul 20.51 sedangkan isya pukul 22.30 membuat kami harus selalu stand by dengan alarm atau begadang malam sekaligus menunggu waktu sahur.

Tidak terdengar adzan yang mengingatkan waktu shalat dan berbuka puasa. Satu-satunya masjid di kota Roma adalah “Grand Mosque” yang dibangun oleh Kerajaan Saudi dan partisipasi negeri-negeri muslim lainnya termasuk Indonesia.

(Bukber di masjid raya 'Grand Mosque' kota Roma)

Di masjid ini setiap hari diadakan buka bersama. Ratusan umat Islam dari berbagai Negara tiap hari bisa menikmat ta’jil berbuka dan santap malam gratis bersama di aula Masjid. Sesekali kami ke masjid guna menikmati kebersamaan bersama ratusan warga muslim lintas Negara. Menu berbuka juga berbeda tiap harinya.

Kegiatan Ramadhan di KBRI Roma

Selama hari kerja di bulan Ramadhan KBRI Roma mengadakan kegiatan diskusi keislaman di mushalla KBRI. Para diplomat dan staf yang beragama Islam antusias mengikuti kajian dan diskusi lepas Dzuhur dari jam 13.30 hingga 14.45. Ibu-ibu yang tergabung dalam Dharma Wanita Persatuan (DWP) secara rutin tiap Rabu, Jumat dan Ahad mengadakan kajian keislaman dan diskusi. Adapun warga Indonesia, secara rutin setiap hari Ahad mereka kumpul bersama di KBRI Roma untuk mengikuti kajian dan bukber bersama Dubes RI dan para staf KBRI.

(Bertukar cinderamata bersama Dubes August Parengkuan dalam Bukber di KBRI Roma)

Alhamdulillah, meski beragama Katolik, Dubes August Parengkuan selalu terbuka dan mensupport agenda-agenda keislaman warga Indonesia di Italia dan kota Roma khususnya. Tiap hari Jum’at mulai Ramadhan tahun ini diadakan shalat jum’at di aula serbaguna KBRI. Para staf yang muslim dan keluarga mengikuti shalat jum’at disini. Warga bersyukur diadakan shalat jumat di KBRI, sebab selama ini salah satu kendala anak-anak mereka yang belajar di sekolah-sekolah lokal Italia tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti shalat jumat karena durasi waktu belajar yang tidak memungkinkan.

(Bersama anak-anak para staf KBRI Roma)

Bulan Ramadhan merupakan momentum langka bagi anak-anak dan keluarga Indonesia di Roma. Mereka jarang kumpul bersama, apalagi pada hari masuk sekolah. Selama Ramadhan mereka bisa berbuka bersama setidaknya dua hingga tiga kali sepekan di KBRI Roma. Kegiatan berbuka bersama warga Indonesia juga diadakan di KBRI Vatikan. Keceriaan nampak pada wajah mereka dan bermain bersama hingga hampir tengah malam selepas berbuka.

(Sebagian Ibu-ibu dharma wanita persatuan)

Ramah tamah dengan warga Indonesia di Milan

Di kota markas Inter Milan (Milano) warga Indonesia juga antusias menggelar bukber. Kami berdiskusi seputar keislaman dan berbagi pengalaman dengan warga kita di Milan. Bukber ini juga dihadiri oleh dubes August Parengkuan dan ibu. Sekitar seratusan warga terlihat antusias dan gembira dengan adanya bukber ini. Sesuatu yang jarang terjadi, kumpul bersama, ngabuburit dan berbagi cerita. Di Milan warga Indonesia lebih banyak daripada di Roma. Mahasiswa kita juga ada sekitar enampuluhan orang dibanding di Roma yang hanya hitungan jari.

(Suasana bukber bersama dubes August Parengkuan dan warga Indonesia di Milan)

Warga Indonesia di kota Milan banyak yang menikah dengan warga setempat. Diantara mereka ada yang berpindah agama atau dobel agama mengikuti pasangan mereka. Dalam momentum Ramadhan ini, kami berdiskusi dengan bang Kaban (adik MS Kaban) yang merupakan tokoh umat Islam Indonesia di Milan. Bulan istimewa ini benar-benar momentum bersejarah bagi mereka. Seolah tidak mau kalah dengan komunitas warga Indonesia di kota Roma yang memiliki kelompok kajian An-Nur, akhirnya mereka sepakat membuat kelompok kajian Al-Ikhlas. Rencananya akan dilaunching dalam halal bihalal bersama semua warga Indonesia di Milan (lintas agama) bersama Dubes August Parengkuan dan wakil Dubes RI Des Alwi.

Kunjungan ke Vatikan

(Berkunjung ke kementerian agama Vatikan)

Sebagai bagian dari kerukunan hidup antar umat beragama, kami menyempatkan diri untuk berkunjung ke Negara Vatikan dan bertemu dengan Romo Marcus. Beliau merupakan satu-satunya WNI yang menjadi pejabat Vatikan untuk urusan dialog antar umat beragama. Sebelum kami masuk, nampak rombongan dari agama Hindu dan Budha dari Turki telah mendahului kami untuk berdialog.

Hampir satu jam kami berdiskusi dengan Romo Marcus. Tema hidup damai antar umat beragama dalam membangun bangsa Indonesia dan dunia selalu kami singgung. Islam agama damai dan ‘rahmatan lilalamin”. Hidup damai antar umat beragama telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika membentuk Negara Madinah. Kita bisa hidup berdampingan bahu-membahu membangun bangsa Indonesia tercinta. Dalam kunjungan ini kami sepakat untuk memperbanyak dialog antar umat beragama guna mewujudkan hidup damai dalam membangun NKRI tercinta.*

*Penulis adalah mantan Ketua Umum PP. KAMMI 2011 dan ketua Himpunan Da’i Muda Indonesia 2016




Subscribe to receive free email updates: