Tahun 13 kenabian (berlangsung satu tahun), di tempat yang sama, datang lagi 73 orang suku Khazraj, mereka mengajukan saran kepada Rasul, agar beliau berkenan hijrah ke Yasrib (nama asli Madinah). Mereka membai'at beliau sebagai nabi dan sekaligus pemimpin. Mereka berikrar untuk membela Nabi saw sampai titik darah penghabisan. Tidak lama kemudian berhijrahlah kaum muslimin Makkah menuju Yasrib atau Madinah.
Dakwah Rasul SAW periode Madinah berlangsung selama 10 tahun yaitu sejak Rabiul awal tahun ke 1 hijrah sampai dengan wafatnya Rasul SAW, tanggal 13 Rabiulawal tahun ke 11 hijrah. Materi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah pada umumnya tentang masalah sosial kemasyarakatan yang terkandung dalam 25 rurah Madaniyah dan hadits, untuk melengkapi ajaran tauhid yang terkandung dalam 89 surah Makkiyah dan haditsnya.
Objek dakwah Rasul SAW adalah kaum Muslimin Muhajirin dan Anshor dan juga orang Yahudi Madinah, bangsa Arab luar kota dan bangsa non Arab. Sebagai Rasul utusan Allah, Rasulullah memiliki sebutan sebagai Rasul yang di utus untuk menjadi rahmat untuk semua bangsa.
Dan memang Rasul SAW diutus untuk menjadi rahmat untuk semua bangsa, seperti yang tertulis dalam surat dibawah ini yang artinya:
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." [QS. Al-'Anbyā' ayat 107).
Kepada orang yang sudah Islam Rasul tetap melakukan dakwah untuk kaderisasi mubaligh dengan tausiah "Ballighuu 'annii walau'aayah" artinya : "Sampaikanlah (ajaran) dariku walaupun baru satu ayat", ternyata respon mereka sangat tinggi.
Tujuan dakwah yang luhur, disampaikan dengan cara terpuji, menyebabkan banyak orang masuk Islam dengan kemauan sendiri. Sambutan penduduk Madinah terhadap dakwah Rasul amat mengharukan, hangat dan penuh antusias.
Mereka berebut mohon agar Rasulullah sudi tinggal bersama-sama dirumahnya. Dengan demikian, mudahlah bagi Rasul membentuk masyarakat Islam di Madinah sebagai bukti kegemilangan dakwah Islam yang baru tumbuh.
Mengapa demikian? hal itu disebabkan karena para penduduk Madinah setia terhadap apa yang pernah mereka ikrarkan di 'Aqabah, sehingga mereka selalu siap membela sepenuhnya bila sewaktu-waktu ada yang memusuhi atau mengganggu beliau. Lebih-lebih penganut Islam baru, yaitu dari suku Khazraj dan suku Aus yang sangat antusias, mereka memiliki sifat itsar (mengutamakan kepentingan orang lain) yang tinggi. [Lihat QS. Al-Ĥashr ayat 9]
Sebelum terjadi bai'at 'Aqabah suku Aus dan Kazraj selalu bertikai karena hasutan (adu domba) bangsa Yahudi. Yahudi menghasut mereka (Aus dan Khazraj) agar bertikai, karena adu domba itulah cara yang paling tepat untuk mengalahkan mereka.
Mengapa Yahudi perlu mengalahkan mereka? Karena Aus dan Khazraj iri dan cemburu atas keberhasilan Yahudi menguasai ekonomi di Yatsrib, dan juga Aus&Khazraj dulu pernah membantu penganut agama Masehi, menyerang Yahudi, karena Yahudi telah menyalib Isa al Masih.
Dalam penyerangan itu Yahudi kalah besar, banyak yang terbunuh. Sedangkan nasib Aus dan Khazraj menjadi meningkat derajatnya, tidak menjadi kuli terus, sulit dikalahkan oleh Yahudi. Maka Yahudi menggunakan taktik "belah bambu" agar mereka bertikai, dan taktik ini berhasil.
Karena pertemuan dua bangsa yang berbeda itu, yaitu Yahudi dari utara, bangsa Arab dari selatan, menyebabkan penduduk Yatsrib terutama bangsa Arabnya lebih mengenal agama ketuhanan, mengenal Allah, wahyu, hari kiamat, hisab, surga, neraka dll.
Sedangkan pertikaian antara Aus dan Khazraj, mendorong kepada kedua suku itu untuk mencari bala (teman) untuk mengalahkan musuhnya. Teman yang diharapkan adalah Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya.
Nah, karena kedua-duanya (Aus dan Kazraj) menggabung kepada Nabi, maka mudahlah bagi Nabi untuk menyatukan mereka. Namun tidak sedikit pula orang kafir yang menolak dakwah dan tidak mau masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi dan melenyapkan Islam dan umatnya dari muka bumi. Para penolak Islam itu antara lain kaum kafir Quraisy di Mekkah, Yahudi di Madinah, dan sekutu-sekutunya.
Setelah Allah memberi izin untuk berperang [QS. Al Hajj ayat 39 dan Al Baqarah ayat 190) maka Rasulullah dan para sahabat bersiap-siap untuk menghadapi mereka, dengan tujuan untuk:
- Membela diri, kehormatan dan harta
- Memelihara umat Islam dari kehancuran
- Menjamin kelancaran dakwah
- Memberi kesempatan kepada mereka yang hendak menganutnya
Yang perlu di ingat adalah, perang dalam Islam bukan untuk menjajah maupun merebut harta rampasan perang. Melainkan dengan tujuan seperti yang sudah di sebutkan di atas. Jadi, salah besar jika ada orang yang menganggap bahwa Rasulullah itu menyebarkan Islam dengan kekerasan. Karena sesungguhnya Islam itu agama yang cinta damai.