Bencana yang terjadi pada Jum'at, 12 Desember 2014 itu berawal dari hujan deras yang mengguyur kabupaten Banjarnegara pada Kamis malam. Bukit Lele yang di guyur hujan semalaman hingga menjelang ashar tersebut akhirnya tidak kuat untuk menahan resapan air yang masuk ke dalam tanah, sehingga bencana tersebut akhirnya terjadi.
Berita tentang bencana tanah longsor yang menelan korban jiwa hingga 90 orang itu tampaknya tidak hanya tersiar di Indonesia saja, bahkan hingga ke Palestina.
Mendengar kabar ini, warga Gaza memberikan dukungannya baik berupa moril maupun materi untuk membantu warga Banjarnegara.
Warga Gaza memberikan pesan moril yang berisi:
"Kalian tidak sendirian. Duka kalian juga kesedihan kami. Kalian adalah bagian dari hidup kami," kata seorang santri Gaza.
Selain dari Gaza, simpati juga diberikan langsung oleh 3 santri Gaza yang sedang berada di Indonesia sebagai tamu PPPA Daarul Qur’an. Mereka adalah Husen Albasliqy (15), Salem Emaddudien Al Masy Al Haffidz (12), dan Omar Muhammad Abu Alhusna (13), yang didampingi Muhammad Qaduroh (24).
Walau mereka ingin sekali mengunjungi lokasi bencana di Banjarnegara, namun PPPA Daarul Qur’an belum mengijinkannya saat ini. Sebab, kondisi di sana masih terlalu horor buat anak-anak.
Sementara itu, sejak awal Tim Sigab Daarul Qur’an Semarang sudah turun bergabung dengan Tim SAR untuk melakukan evakuasi korban longsor di Jemblung. Tim yang dipimpin Haris Halimi mendirikan posko di Desa Penci Karangtengah, Wanayasa.
Bersama para relawan lainnya, Sigab Daarul Qur’an ikut juga menyiapkan kuburan bagi para korban tewas. Mereka juga menyalurkan bantuan kebutuhan bahan pokok dan pakaian titipan dari para donatur.