Keinginan Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 7 persen, dikhawatirkan berdampak pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Pengamat Ekonomi Aviliani mengatakan, nilai tukar rupiah bisa menembus level Rp 14.000 per dollar AS, jika Jokowi memaksakan pertumbuhan ekonomi ke angka 7 persen.
"Pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tahun ini sudah bagus. Tahun depan, 5,5 persen sudah bagus. Kalau Pak Jokowi bilang mau 7 persen, bisa. ...tapi rupiah kita bisa diatas Rp 14.000 per dollar AS," kata Aviliani dalam acara smart outlook 2015, Jakarta, Rabu malam (10/12/2014).
Ekonom yang akrab di sapa Avi itu menjelaskan, faktor utama pertumbuhan ekonomi ada dua yaitu tingkat konsumsi masyarakat dan investasi.
Pada faktor investasi menurut Avi, potensi impor Indonesia bisa terus membengkak karena sebagian besar investasi komponen produksinya adalah hasil impor. Dengan semakin besarnya impor lanjut Avi, mau tidak mau rupiah akan semakin tertekan oleh dollar AS.
"Pertumbuhan tinggi, setelah itu krisis. Jadi pertumbuhan 5,5 sampai 5,8 sudah bagus asalkan berkelanjutan," kata dia.
Selain faktor di dalam negeri ucap dia, rupiah juga terpengaruh oleh faktor global terutama ekonomi Amerika. "Karena kan kita biasa megang dollar, jadi terkait dengan Amerika. Kenapa dunia ekonominya bergejolak, rupiah kita bergejolak, karena kondisi di Amerika. Jadi kapan situasi kita seperti ini ya tergantung kondisi di Amerika," kata dia.
sumber: KOMPAS