DUA PUTARAN TANPA AHOK


DUA PUTARAN TANPA AHOK

(by Zeng Wei Jian)

Netizen Akmal Akasa menulis "suara anti ahok pecah jadi dua kubu".

Berdasarkan teori posibilitas, kemenangan Ahok sama besar dengan kekalahannya. Saya masuk kubu yang berpendapat Ahok akan kalah. Putaran kedua akan menjadi duel antara Agus-Silvi vs Anies-Sandiaga. Bila satu putaran tidak memunculkan pemenang mutlak.

Begini alasan saya.

Komposisi mayoritas Jakarta diisi etnis Jawa 35%, Betawi 27%, Sunda 15%. Salah satu kunci kemenangan Jokowi atas Foke adalah dukungan etnis Jawa.

Etnis prohok berkisar pada Tionghoa 5,53%, Batak 3,61% dan etnis minoritas Manado, Papua dan Ambon Kristen (minus 2%).

Bila Jawa, Betawi, Sunda dibagi dua pun angkanya masih di atas asumsi kelompok prohok.

Dihitung dengan kategori Komposisi Agama, Ahok lebih ngga punya chance menang.

85,36% penduduk DKI beragama Islam. 7,54% beragama Kristen. 3,15% beragama Katolik, Hindu 0,21% Budha 3,13% dan Kong Hu Cu 0,06%.

Katakanlah ada anomali seperti Nusron Wahid (Islam dan Jawa) prohok. Dia orangnya Frangky Wijaya Sinarmas. Jadi dukungan Nusron bersifat transaksional saja. Jumlah anomali macam ini tidak besar.

Partai politik tidak pernah mutlak jadi patokan kalkulasi. Jika parameternya parpol maka SBY tidak perlu lagi usung Agus Harimurti. Kasus Foke vs Jokowi jadi precedent. Di PDI-P banyak kader seperti Kwik Kian Gie, tidak bakar KTA karena loyal tapi ngga juga akan coblos Anjrot.

Kunci utama kekalahan Ahok adalah track record buruk: tukang gusur, pro taipan, rasis, anti wong cilik, terseret enam skandal korupsi, kasar, beli lahan milik sendiri di Cengkareng Barat dan sombong.

THE END




Subscribe to receive free email updates: